Ekonomi | Jumat, 24 April 2020 - 09:09 WIB

Uji Obat Corona Gagal, Rupiah Lemas ke Rp15.465 per Dolar AS

Uji Obat Corona Gagal, Rupiah Lemas ke Rp15.465 per Dolar AS

Author:

Maulidia Septiani

Ekonomi

24 April 2020

09:09 WIB

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.465 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pasar spot Jumat (24/4) pagi. Posisi ini melemah 50 poin atau 0,32 persen dari Rp15.415 per dolar AS pada Kamis (23/4).

Mata uang Garuda melemah bersama mayoritas mata uang Asia lain, seperti won Korea Selatan minus 0,56 persen, baht Thailand minus 0,25 persen, dan dolar Singapura minus 0,2 persen.

Begitu pula dengan yuan China minus 0,19 persen, ringgit Malaysia minus 0,12 persen, peso Filipina minus 0,05 persen, dan yen Jepang minus 0,04 persen. Sementara dolar Hong Kong stagnan.


Zona merah juga diisi oleh para mata uang utama negara maju. Dolar Australia minus 0,23 persen, euro Eropa minus 0,09 persen, franc Swiss minus 0,08 persen, dan dolar Kanada minus 0,03 persen.

Hanya poundsterling Inggris yang menguat 0,01 persen dari dolar AS. Sedangkan rubel Rusia stagnan.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah dengan bergerak di kisaran Rp15.380 sampai Rp15.600 per dolar AS pada hari ini.

Sentimen berasal dari bocornya laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) yang menyatakan bahwa uji klinis obat virus corona atau covid-19 dari Gilead Sciences, perusahaan biofarmasi AS, gagal.

Hal ini memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar keuangan. Sebab, tanpa obat, penyebaran penyakit covid-19 diperkirakan tidak akan akan tuntas dalam waktu dekat.

"Pasar sangat mengkhawatirkan perekonomian yang telah terpuruk karena wabah terus berlanjut," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.

Sementara, data ekonomi terakhir dari berbagai negara terus menunjukkan penurunan. Misalnya, indeks manufaktur di Eropa dan AS yang terus terkontraksi.

Begitu juga dengan jumlah pekerja yang mengajukan tunjangan pengangguran. Di AS, jumlahnya baru saja meningkat sekitar 4,4 juta menjadi 26,4 juta pekerja.

Terpopuler