Inflasi Indonesia tercatat menembus rekor 4,94 persen di Juli 2022. Realisasi ini tertinggi sejak Oktober 2015. Inflasi dipengaruh oleh kenaikan sejumlah komoditas pangan seperti cabai rawit, bawang merah hingga ikan segar. Lalu ada juga kenaikan tarif angkutan udara, listrik serta sewa rumah.
Inflasi yang terbang tinggi ini akan memberikan dampak yang berat bagi masyarakat terutama kelas mengah bawah. Mereka diperkirakan akan lebih mudah masuk jurang kemiskinan dengan inflasi yang tinggi. Inflasi bisa membuat garis kemiskinan naik. Kelas menengah rentan yang sebelumnya tidak masuk kategori miskin bisa jadi orang miskin baru.
Komponen garis kemiskinan 75 persen lebih berasal dari bahan makanan, sensitivitas terhadap lonjakan kemiskinan akibat inflasi pangan bergejolak (volatile food) bakal memberikan dampak signifikan. Oleh karenanya, pemerintah dinilai perlu mempersiapkan jaring pengaman sosial dalam bentuk bantuan pangan dan tunai. Bantuan ini utamanya diberikan kepada masyarakat kelas menengah rentan yang saat ini ada sekitar 115 juta jiwa. Sekarang yang disasar program bukan hanya orang miskin, tapi juga kelompok rentan termasuk pekerja yang upahnya tergerus inflasi.
Saat ini inflasi belum memberikan dampak yang signifikan bagi semua masyarakat. Ini tercermin dari inflasi inti yang masih terjaga di bawah 3 persen, karena dari sisi produsen saat ini masih menahan kenaikan harga produksi untuk tidak ditransmisikan ke harga konsumen.
Meski tak semua merasakan kenaikan inflasi ini, beberapa masyarakat kelompok menengah ke bawah dinilai sudah merasakan tekanan. Apalagi jika inflasi yang tinggi ini terus berlanjut dalam waktu lama. Beberapa bantuan terutama untuk kelompok kelas menengah yang tadinya disalurkan oleh pemerintah di tahun ini tidak disalurkan kembali.