Nilai tukar rupiah menguat ke posisi Rp14.067 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (16/6) pagi. Mata uang Garuda menguat 0,34 persen dibandingkan perdagangan Senin (15/6) di level Rp14.115 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS.
Tercatat, dolar Taiwan menguat 0,33 persen, dolar Singapura menguat 0,21 persen, won Korea Selatan menguat 0,77 persen, peso Filipina menguat 0,41 persen, yuan China naik 0,18 persen, ringgit Malaysia naik 0,29 persen, dan baht Thailand naik sebesar 0,03 persen.
Pelemahan mata uang di kawasan Asia dialami yen Jepang sebesar 0,02 persen. Sedangkan, rupee India turun 0,24 persen.
Dari negara maju, mata uang masih bergerak variatif di hadapan dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan dolar Australia menguat 0,36 persen, dan franc Swiss menguat 0,06 persen dan poundsterling Inggris menguat 0,31 persen. Sementara, dolar Kanada menguat sebesar 0,24 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan langkah The Fed meluncurkan program pembelian obligasi perusahaan AS di pasar sekunder dengan anggaran hingga US$750 miliar berpotensi mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab, kebijakan bank sentral AS dinilai akan memicu pelemahan mata uang Negeri Paman Sam karena mendorong kenaikan likuiditas dolar AS. Ia memproyeksi rupiah hari ini mampu melenggang ke rentang Rp14.000-Rp14.150 per dolar AS. Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS karena kebijakan The Fed tersebut.
Lebih lanjut Ariston menyebut stimulus ini akan memberikan sentimen positif ke aset berisiko dan menutup kekhawatiran pasar terhadap kenaikan penyebaran wabah untuk sementara waktu.