Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp15.169 per dolar AS pada Rabu (18/3) pagi. Posisi tersebut menguat 0,02 persen dibandingkan Selasa (17/3) kemarin.
Pagi ini mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Terpantau, peso Filipina menguat 0,91 persen, won Korea 0,37 persen, dolar Singapura 0,10 persen serta baht Thailand 0,02 persen.
Di sisi lain, pelemahan hanya terjadi pada lira Turki 0,29 persen, yuan China 0,16 persen, ringgit Malaysia 0,15 persen serta dolar Hong Kong 0,03 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan euro sama-sama menguat dengan nilai masing-masing sebesar 0,53 persen dan 0,10 persen, diikuti dolar Australia yang menguat 0,10 persen. Sementara, hanya dolar Kanada yang bergerak melemah 0,15 persen terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah pagi ini disebabkan oleh stimulus yang diberikan pemerintah AS untuk merespons dampak virus corona (covid-19).
"Sebagian aset berisiko bergerak positif pagi ini terpicu oleh pengumuman stimulus pemerintah AS sebesar US$1 Triiliun semalam," kata Ariston saat dihubungi, Rabu (18/3).
Namun, Ariston mengatakan pasar yang khawatir atas dampak negatif corona terhadap perekonomian dapat berpotensi menghalangi penguatan aset berisiko seperti rupiah.
Sementara itu, S&P global mengumumkan hasil riset nya kemarin malam bahwa ekonomi global akan mengalami resesi di tahun 2020 ini, karena dampak virus corona dan memangkas proyeksi pertumbuhan GDP negara besar seperti China, AS dan Zona Euro.
Proyeksi pertumbuhan global 2020 oleh S&P yang sebelumnya di Des 2019 tumbuh 3,3 persen, revisi terbaru menyebutkan hanya tumbuh 1-1,5 persen. China direvisi hanya tumbuh 2,7-3,2 persen dari sebelumnya tumbuh 5,7 persen.
US direvisi menurun 0,5 - 0 persen dari sebelumnya tumbuh 1,9 persen. Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.000 hingga Rp15.270 per dolar AS pada hari ini.