Nilai tukar rupiah melemah ke Rp13.699 per dolar AS atau sebesar 0,12 persen pada perdagangan pasar spot, Rabu (5/2) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp13.715 per dolar AS pada penutupan pasar, Selasa (4/2).
Tak hanya rupiah, pagi ini mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, dolar Singapura melemah 0,16 persen, ringgit Malaysia 0,06 persen, dan dolar Hong Kong melemah 0,03 persen, diikuti baht Thailand melemah tipis 0,02 persen. Di sisi lain, penguatan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,13 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan dolar Kanada melemah dengan nilai masing-masing sebesar 0,01 dan 0,06 persen, serta dolar Australia melemah 0,10 persen. Sementara, euro berada di posisi stagnan, dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah pagi ini disebabkan oleh sentimen stimulus yang diberikan oleh Bank Sentral China.
Menurut Ariston, stimulus tersebut berdampak terhadap aset berisiko yang terlihat mulai menguat kembali. Indeks saham Shanghai, Nikkei, Hangseng ditutup menguat Pada Selasa (4/2) kemarin. Kemungkinan karena stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral China dengan menyuntikan dana ke perekonomian membantu meredakan kekhawatiran.
Selain itu, Ariston menyebut sentimen positif lainnya juga datang dari data indeks manufaktur AS yang masuk lagi ke zona ekspansi atau bertumbuh, dan juga kebijakan moneter Bank Sentral Australia yang diumumkan Selasa (4/2) kemarin. Optimisme Bank Sentral Australia yang kemarin mengumumkan kebijakan moneter terbarunya terhadap outlook perekonomian juga memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.650 hingga Rp13.750 per dolar AS pada hari ini.