Nilai tukar rupiah menguat tipis ke Rp14.005 per dolar AS atau sebesar 0,04 persen pada perdagangan pasar spot, Selasa (17/12) pagi. Sebelumnya, kurs rupiah berada di Rp14.010 per dolar AS pada penutupan pasar Senin (16/12). Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Won Korea terpantau menguat 0,27 persen, baht Thailand 0,04 persen, diikuti yen Jepang sebesar 0,03 persen.
Selanjutnya, lira Turki dan dolar Hong Kong juga menguat tipis sebesar 0,01 persen. Pelemahan terjadi pada dolar Singapura sebesar 0,07 persen, dan ringgit Malaysia yang melemah tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.
Dari negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris terpantau melemah 0,43 persen, euro sebesar 0,07 persen, dan dolar Australia melemah 0,14 persen, serta dolar Kanada yang terpantau melemah sebesar 0,10 persen terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah pagi ini diakibatkan oleh sentimen terjadinya kesepakatan dagang antara AS dan China beberapa waktu lalu. Sebelumnya, diketahui kesepakatan dagang sudah dilakukan oleh pihak AS dan China pada Jumat (13/12) malam. Kedua negara dikabarkan masih memproses untuk membuat draf perjanjian.
Sentimen ini positif untuk penguatan rupiah hari ini, karena kekhawatiran mengenai negosiasi dagang sudah mereda. Sementara itu, Ariston menyebut sentimen negatif dari hasil data neraca perdagangan yang defisit sebesar US$1,13 miliar.
Defisit yang lebih besar dari konsensus ini dapat meminimalisir penguatan rupiah terhadap dollar AS hari ini. Lebih lanjut, rupiah dinilai berpotensi bergerak di kisaran Rp13.980 hingga Rp14.050 per dolar AS hari ini.