Nilai tukar rupiah berada di Rp13.674 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (11/2) sore. Posisi tersebut menguat sebesar 0,27 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Senin (10/2).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.686 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Senin (10/2), yakni Rp13.708 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea menguat 0,48 persen, peso Filipina 0,32 persen, dan ringgit Malaysia 0,27 persen.
Selanjutnya, baht Thailand juga turut menguat 0,25 persen, yuan China 0,13 persen, dolar Singapura 0,12 persen, diikuti rupee India dan dolar Hong Kong yang sama-sama menguat 0,04 persen terhadap dolar AS. Di sisi lain, pelemahan hanya terjadi pada lira Turki sebesar 0,37 persen, yen Jepang 0,10 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, nilai tukar bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Terpantau, euro dan pounsterling Inggris terpantau melemah dengan nilai masing-masing sebesar 0,03 persen, dan 0,10 persen. Sementara, dolar Australia dan dolar Kanada menguat dengan nilai masing-masing 0,37 persen dan 0,18 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah pada hari ini disebabkan oleh sentimen penilaian stabil yang diberikan Moody's Investor Service atas peringkat surat utang Indonesia.
Sebelumnya, Moody's memberi surat utang RI pada peringkat Baa2 kepada Indonesia. Ibrahim mengatakan, Baa2 merupakan status surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia masuk dalam kategori moderate credit risk (risiko kredit menengah).
Peringkat stabil itu menunjukkan kualitas surat utang Indonesia tidak mengalami perbaikan dari sebelumnya, tidak pula mengalami kemerosotan.
"Itu menggambarkan posisi rating yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan serta menunjukkan risiko yang berimbang," kata Ibrahim saat dihubungi CNNindonesia.com, Selasa (11/2).
Di sisi lain, Ibrahim menyebut Virus Corona masih memiliki potensi menjadi sentimen besar dari pergerakan rupiah.
Ia menilai masih ada kekhawatiran di pasar atas wabah Virus Corona ketika jumlah korban kematian terus meningkat hingga lebih dari 1.000 jiwa di Cina.
Diketahui, terdapat 108 kematian akibat Virus Corona, sementara sejumlah 2.478 kasus baru telah dikonfirmasi pada hari ini. Angka tersebut turun dari 3.062 kasus Senin (10/2) kemarin.
Lebih lanjut, Ibrahim memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.615 hingga Rp13.740 pada perdagangan Rabu (13/2) esok.