Nilai tukar rupiah melemah ke Rp14.125 per dolar AS atau sebesar 0,09 persen pada perdagangan pasar spot, Kamis (5/3) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp14.112 per dolar AS pada penutupan pasar, Rabu (4/3).
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Terpantau, ringgit Malaysia menguat 0,25 persen, won Korea 0,13 persen, diikuti dolar Hong Kong serta yen Jepang yang menguat tipis 0,01 persen.
Di sisi lain, pelemahan hanya terjadi pada lira Turki 0,09 persen dan dolar Singapura sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS. Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak melemah terhadap dolar AS. Dolar Kanada dan dolar Australia melemah dengan nilai masing-masing 0,07 persen dan 0,12 persen, dan poundsterling Inggris melemah tipis 0,01 persen.
Sementara, hanya euro yang menguat 0,06 persen terhadap dolar AS. Kendati melemah pagi ini, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai rupiah kemungkinan kembali menguat karena sentiman global dan domestik yang positif.
Untuk sentimen global, Nafan menjelaskan rupiah mendapatkan kekuatan dari penurunan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin yang dilakukan The Fed.
"Hal ini bisa dikatakan merupakan dimulainya era penurunan suku bunga acuan dari beberapa bank sentral negara-negara di dunia, seperti AS, Kanada maupun Australia misalnya," kata Nafan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (4/3).
Sementara untuk domestik, Nafan mengatakan dorongan akan dipicu oleh faktor stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang terjaga hingga saat ini. Ia memperkirakan dengan sentimen tersebut rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.035 hingga Rp14.196 per dolar AS pada hari ini.
"Secara teknikal, potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka," ungkapnya.