Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.075 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (5/6) pagi. Posisi tersebut menguat 0,14 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya di level Rp14.095 per dolar AS.
Penguatan juga terjadi pada mata uang lainnya di Asia. Tercatat, yen Jepang menguat sebesar 0,04 persen, ringgit Malaysia 0,14 persen, dolar Singapura 0,19 persen, dan won Korea Selatan 0,03 persen. Sementara, peso Filipina terkoreksi tipis 0,02 persen.
Sedikit berbeda, mayoritas mata uang di negara maju justru melemah terhadap dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris minus 0,1 persen, dolar Kanada 0,07 persen, dan dolar Australia 0,01 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar rupiah bakal bergerak kokoh pada akhir pekan ini. Kebijakan sejumlah negara yang melonggarkan lockdown di tengah pandemi membuat pasar berekspektasi bahwa ekonomi dunia akan segera pulih pasca dihantam pandemi virus corona.
Selain itu, beberapa negara juga akan merilis stimulus baru untuk meminimalisir dampak penyebaran virus corona terhadap ekonomi. Sejumlah negara itu, misalnya AS, Jepang, dan Eropa.
AS masih dalam diskusi untuk menggelontorkan stimulus fiskal baru. Bank Sentral Eropa akan menyediakan dana lebih dari 1 miliar euro untuk program pembelian obligasi. Kemudian Bank Sentral Jepang berencana menambah bantuan ke sektor usaha kecil menengah.
Dari dalam negeri sendiri, Ariston menyatakan pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh kebijakan kenormalan baru alias new normal yang terus disebut-sebut oleh pemerintah di tengah pandemi virus corona. Hal ini direspons positif oleh investor karena akan menggerakkan kembali roda perekonomian di dalam negeri.
"Rupiah berpotensi menguat menuju support di kisaran Rp14 ribu per dolar AS dengan potensi resistance di level Rp14.200 per dolar AS," pungkas Ariston.