Ekonomi | Senin, 26 Oktober 2020 - 10:10 WIB

Rekomendasi Beberapa Saham Pilihan Jelang Libur Panjang Akhir Oktober

Rekomendasi Beberapa Saham Pilihan Jelang Libur Panjang Akhir Oktober

Author:

Maulidia Septiani

Ekonomi

26 Oktober 2020

10:10 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan lalu ditutup menguat tipis 0,17 persen, ditutup pada level 5.122. Sedangkan, pelaku asing masih mencatatkan jual bersih di seluruh pasar sebesar Rp45,69 miliar. Pertumbuhan terbatas indeks pekan lalu ditopang oleh beberapa sentimen baik dari dalam negeri maupun luar. Salah satunya, kabar gembira realisasi investasi yang melebihi ekspektasi.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi yang masuk ke Indonesia hingga kuartal III 2020 mencapai Rp611,6 triliun atau 74,8 persen dari target realisasi tahun ini, Rp817,2 triliun. Jumlah investasi pada periode Januari-September 2020 naik 1,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp601,3 triliun.

Sementara kabar dari luar negeri, sentimen penopang IHSG adalah perkembangan kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS). Meski masih dihantui ketidakpastian, namun ia menyebut pelaku pasar optimis stimulus akan segera digelontorkan. Investor optimis perbedaan pandangan antara Gedung Putih dan Kongres akan bisa diselesaikan dan akan ada stimulus dalam waktu dekat. Di minggu depan akan ditunggu kesepakatannya. Untuk perdagangan singkat pekan ini yang hanya berlangsung pada Senin dan Selasa, sentimen belum akan banyak berubah. Pasar pun disebutnya masih akan bergerak dalam rentang terbatas karena tak memiliki penopang yang cukup kuat.

Sepanjang pekan ini juga tidak ada rilis data ekonomi yang signifikan. Yang ditunggu-tunggu, rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 RI, baru akan diumumkan pada awal November mendatang. Tak ayal, sektor yang masih akan menikmati pertumbuhan tak akan jauh dari pekan lalu, yaitu sektor properti yang berhasil mencatatkan penguatan sebesar 1,58 persen pada pekan lalu. Properti masih menikmati dampak positif dari Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja yang memperbolehkan warga asing untuk membeli apartemen. Selain itu, aturan soal pengelolaan tanah lewat bank tanah yang menjamin ketersediaan tanah dinilai merupakan langkah besar dalam memecahkan kekurangan (backlog) kepemilikan rumah di Indonesia. Hal itu berpotensi membuat penjualan rumah naik pesat. Sebagai catatan, berdasarkan data Kementerian PUPR, backlog perumahan mencapai 7,6 juta unit pada awal 2020. Ini terdiri dari 6,48 juta rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) nonfixed income, 1,72 juta unit rumah untuk MBR fixed income, dan 560 ribu unit rumah untuk non-MBR. Maka itu, tak heran saham di sektor terkait mengalami kenaikan signifikan sejak UU Omnibus Law disahkan. Pekan ini pun tren hijau diramalnya masih akan berlanjut.

Ini adalah beberapa saham yang direkomendasikan untuk dipantau, sebagai berikut; PT Bumi Serpong Damai Tbk atau BSDE, PT Pakuwon Jati Tbk atau PWON, dan PT Perintis Triniti Properti Tbk atau TRIN. Pada pekan lalu, ketiga saham tersebut mencetak pertumbuhan berturut-turut sebesar 12,58 persen, 6,12 persen, dan 15 persen. Stimulus kemarin nampaknya sudah mulai direspon oleh pelaku pasar untuk investasi atau mengoleksi saham-saham properti. Jadi, saham properti sendiri bisa menjadi rekomendasi.

Lebih lanjut, saham-saham favorit selama 1-2 pekan terakhir seperti PT Astra International Tbk (ASII) yang mulai kembali dilirik asing patut dipantau. Pekan lalu, ASII mencatatkan pembelian asing sebesar Rp602,84 miliar dan membukukan pertumbuhan sebesar 9,53 persen. Melihat kenaikan yang signifikan tersebut, ada potensi saham akan melandai akibat aksi ambil untung. Tapi, penurunan tak akan signifikan. Disarankan untuk masuk atau melakukan akumulasi beli di level 5.200-5.300 dengan target 6.250.

Saham favorit lainnya yang masih bisa dijadikan pilihan yaitu PT BRI Syariah (BRIS). Namun, ia memberikan catatan kepada investor untuk berhati-hati karena tingginya fluktuasi emiten. Akumulasi beli pun, bukan pada harga penutupan yaitu 1.210, melainkan di level 900-1.100 dengan target jangka menengah hingga panjang. Meski merger bank syariah BUMN menjadi sentimen positif, harga target tak ditetapkan karena belum ada pengumuman resmi soal mekanisme merger sehingga ekspektasi masih berupa spekulasi.

Emiten nampaknya aman dikoleksi karena Kementerian BUMN tampaknya serius dalam melebarkan sayap perusahaan dengan ambisi menjadikan BRIS salah satu emiten bank syariah terbesar di dunia. Oleh karena itu, pemerintah diyakini ingin saham diawasi publik dan akan menawarkan right issue untuk memperlebar kepemilikan masyarakat. Sehingga, dilusi kepemilikan masyarakat akan tetap di atas 7,5 persen sesuai dengan bobot free float pasar. Ini akan menjadi tambahan modal juga ketika mau ekspansi, bukan menjadi perusahaan tertutup, malah akan right issue.

Selain itu, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dinilai masih menarik untuk dilirik. Pasalnya ANTM dikabarkan akan dijadikan sebagai kepala konsorsium dalam proyek pabrik baterai mobil listrik. Kabar ini membuat perusahaan menikmati pertumbuhan signifikan, 15,43 persen sepanjang perdagangan pekan lalu. Kendati gairah pasar telah muncul, harga target mau pun harga beli emiten tak dapat disebutkan mengingat belum ada kepastian dari pemerintah dan valuasi perusahaan belum jelas.

Saham terakhir pilihan pekan ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia (Perseo) Tbk atau TLKM. Sebab, melihat potensi balik arah perusahaan teknologi dan komunikasi tersebut. Sudah terkoreksi cukup tajam selama beberapa bulan terakhir dan hampir menyentuh level support yaitu 2.630, TLKM dinilai akan mampu bergerak ke arah resistance di 2.840.

Perdagangan jelang libur panjang pekan ini akan diwarnai oleh perkembangan stimulus fiskal dan pemilu presiden Amerika Serikat. Selain itu, juga kekhawatiran ancaman gelombang ke-2 kasus covid-19 serta laporan laba perusahaan pada kuartal III. Pelaku pasar, menurutnya, juga akan mencermati potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke III yang diperkirakan terkontraksi di kisaran minus 1 hingga minus 2,9 persen. Pun berpotensi jatuh ke lubang resesi, Hans menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dari berbagai negara yang mengalami kontraksi hingga dua digit. IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 5.063 sampai 5.001 dan resistance di level 5.135 sampai 5.182.
 

Terpopuler