Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.610 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (24/7) sore. Posisi tersebut melemah 0,21 persen dibandingkan perdagangan Kamis (23/7) sore di level Rp14.580 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.614 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi kemarin yakni Rp16.669 per dolar AS.
Senada dengan rupiah, sore ini mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,13 persen, won Korea Selatan melemah 0,34 persen, rupee India melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,17 persen, ringgit Malaysia melemah 0,11 persen, dan baht Thailand menguat 0,13 persen.
Penguatan terhadap dolar hanya terjadi pada yen Jepang 0,46 persen, dolar Singapura menguat 0,01 persen dan peso Filipina menguat 0,06 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif. Poundsterling Inggris menguat 0,12 persen dan dolar Australia menguat 0,24 persen. Sebaliknya, dolar Kanada melemah 0,18 persen dan franc Swiss melemah 0,03 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi pada perdagangan sore ini rupiah akan ditutup melemah tipis 30 poin di level Rp14.610 dari penutupan sebelumnya. Sementara dalam perdagangan minggu depan kemungkinan rupiah akan menguat tipis di level Rp14.580-Rp14.660.
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah disebabkan proyeksi suram perekonomian Indonesia pada kuartal III. Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung sebelumnya sempat menyampaikan bahwa ekonomi akan mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal II dan kemungkinan besar berlanjut di kuartal ini. Dengan ramalan ini artinya RI akan masuk jurang resesi. Sebab, jika secara teorinya jika perekonomian tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut maka dinyatakan resesi.
Sementara dari sisi eksternal, pergerakan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh pesimisme pelaku pasar bahwa ekonomi Amerika Serikat akan segera bangkit. Sebabnya, hingga saat ini penambahan kasus covid-19 di Negeri Paman Sam terus meningkat.
Negara Bagian California bahkan kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) guna meredam penyebaran virus corona. Sementara itu jumlah kasus Covid-19 di Eropa sudah melandai. Berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus covid-19 di AS saat mencapai 4,17 juta, dengan lebih dari 147 ribu orang meninggal.
Pasar juga merespon negatif ketegangan antara AS-China kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston. "Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi," pungkas Ibrahim.