Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI minus 2,07 persen pada tahun lalu. Realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) ini anjlok dibandingkan 2019 lalu yang tumbuh 5,02 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kontraksi ekonomi juga terjadi jika dilihat secara kuartalan. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dibandingkan 2019 kontraksi 2,07 persen.
Kontraksi ekonomi Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang yang juga tercatat minus pada kuartal IV 2020. Rinciannya, Amerika Serikat (AS) minus 2,5 persen, Singapura minus 3,8 persen, Korea Selatan minus 1,4 persen, Hong Kong minus 3 persen, dan Uni Eropa minus 4,8 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen. Ia terus mengubah proyeksi ekonomi Indonesia pada 2020. Pada September hingga Oktober 2020 misalnya, Sri Mulyani meramalkan ekonomi dalam negeri minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
Perkembangan pandemi covid-19 membuat proyeksi laju ekonomi berubah-ubah. Revisi itu tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga sejumlah lembaga internasional. Sebagai contoh, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, yaitu dari kisaran minus 2 persen hingga minus 1,6 persen menjadi minus 2,2 persen. Lalu, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memangkas prediksinya dari minus 1 persen menjadi minus 2,2 persen.