Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyebut pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada angka 5,00 persen telah diprediksi bakal terjadi.
"Sudah diprediksi oleh pasar. Kondisi domestik yang stabil memberikan ruang BI untuk kembali turunkan suku bunga acuan," ungkapnya, pada hari Kamis (24.10.2019).
Piter bilang, langkah ini harus dilakukan BI guna mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan konsumsi serta investasi.
"Tetapi dampaknya terhadap likuiditas akan minimal bila tidak diimbangi oleh kebijakan fiskal dan sektor riil yang ekspansif dan longgar," ujarnya.
Selain itu, dia menjelaskan, ada permasalahan anomali yaitu perihal kekakuan suku bunga kredit. Ketika suku bunga acuan turun, suku bunga deposito biasanya cukup cepat mengikuti.
Akan tetapi suku bunga kredit biasanya kaku, cenderung lambat sekali untuk bergerak turun pasca pemangkasan suku bunga acuan.
"Kondisi ini disebabkan oleh terlalu ketatnya likuiditas dan segmentasi perbankan," klaimnya.
"Jadi likuiditas perbankan yang saat ini masih terasa ketat akan sulit membaik walaupun BI sudah melakukan penurunan suku bunga apabila tidak dibantu oleh kebijakan pemerintah melonggarkan fiskal," papar dia.