Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.955 per dolar AS atau sebesar 0,02 persen pada perdagangan pasar spot, Jumat (27/12) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp13.958 per dolar AS pada penutupan pasar Kamis (26/12).
Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Won Korea terpantau melemah 0,05 persen, yen Jepang 0,13 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,03 persen, serta dolar Singapura menguat tipis 0,01 persen. Sementara itu, pelemahan hanya terjadi pada dolar Hong Kong, baht Thailand dan lira Turki yang sama-sama melemah sebesar 0,03 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Dolar Kanada menguat 0,04 persen, dan euro menguat 0,03 persen. Pelemahan hanya terjadi pada dolar Australia sebesar 0,01 persen. Sementara Poundsterling Inggris berada di posisi stagnan terhadap dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah disebabkan oleh optimisme pasar terhadap penyelesaian konflik dagang AS dan China. Optimisme pasar kembali meningkat setelah ada informasi damai dagang fase I yang akan ditandatangani AS dan China dalam waktu dekat ini. Selain itu, penguatan rupiah juga ditopang oleh kabar Bank Sentral Amerika The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuan mereka pada awal 2020. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi Amerika masih beresiko. Namun ini berita baik untuk pasar global sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi global. Lebih lanjut, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran RpRp13.935- Rp13.990 per dolar AS pada perdagangan hari ini.