Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.916 per dolar AS atau sebesar 0,06 persen pada perdagangan pasar spot, Selasa (31/12) pagi. Sebelumnya, posisi mata uang Garuda berada di Rp13.948 per dolar AS pada penutupan pasar Senin (30/12).
Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Terpantau, ringgit Malaysia menguat 0,18 persen, yen Jepang 0,06 persen, dan dolar Singapura menguat 0,03 persen.
Pelemahan hanya terjadi pada won Korea sebesar 0,18 persen, baht Thailand 0,08 persen, dan lira Turki melemah tipis 0,02 persen. Sementara, dolar Hong Kong berada di posisi stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,03 persen, dolar Kanada menguat 0,08 persen, diikuti euro 0,06 persen, dan dolar Australia yang menguat 0,13 persen terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah pagi ini disebabkan oleh sentimen melemahnya indeks dolar AS di penghujung tahun.
Ariston mengatakan bahwa indeks dollar AS terlihat tertekan selama empat hari terakhir, secara beruntun. Dari kisaran 97,70, terus menurun hingga sekarang berada di kisaran 96,70.
"Pelemahan dolar AS kemungkinan mengantisipasi sikap bank sentral AS yang menyatakan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga di 2020. Dan juga faktor pemilu AS 2020," ujarnya, saat dihubungi CNNINdonesia.com, Senin (30/12).
Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.890 hingga
Rp13.950 per dolar AS pada hari ini.