Kondisi politik Myanmar tengah bergejolak akibat kudeta militer. Namun, kudeta di Myanmar diprediksi tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan hubungan dagang antara Indonesia dan Myanmar relatif kecil. Dampak konflik Myanmar memang kecil pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia karena kalau kita melihat dari hubungan perekonomian seperti hubungan dagang relatif kecil antara Indonesia dan Myanmar. Berdasarkan catatannya, ekspor Indonesia ke Myanmar sebesar US$1,03 juta sepanjang 2020. Angka itu cuma 0,3 persen dari total ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara (Asean) senilai US$32,5 miliar.
Sebaliknya, Bhima menilai Indonesia justru memiliki peluang ekonomi kudeta Myanmar tersebut. Sebab, dampak jangka panjang kudeta tersebut diprediksi menimbulkan relokasi industri dari Myanmar ke negara lainnya di Asean, yang menjadi peluang emas bagi Indonesia. Namun, peluang emas itu bergantung dari respons pemerintah kepada investor yang nantinya berniat hengkang dari Myanmar. Selain itu, Indonesia juga memiliki pesaing ketat yang mengincar potensi relokasi tersebut yakni Vietnam dan Thailand.
Vietnam juga mengincar relokasi pabrik otomotif dan garmen dari Myanmar. Vietnam punya banyak keunggulan, di antara letak geografis yang tidak terlalu jauh dari myanmar. Kemudian, ada Thailand juga yang berbatasan langsung dengan Myanmar, bisa jadi kompetitor indonesia di sektor otomotif. Myanmar sendiri memiliki beberapa lokasi industri penting khususnya industri otomotif yang didominasi perusahaan Jepang. Selain itu, Myanmar memiliki sejumlah perusahaan tekstil pakaian dari merek global hingga China.
Imbas kudeta, produksi pabrik otomotif raksasa seperti Suzuki dan Nissan sempat terganggu. Bhima menilai idealnya penurunan produksi pabrik di Myanmar bisa menaikkan produksi perusahaan sejenis di Indonesia. Jika pemerintah dan pengusaha Indonesia ambil peluang dengan mendorong relokasi pabrik dari Myanmar ke kawasan industri di Indonesia, maka gejolak politik di Myanmar akan untungkan Indonesia.
Sepakat, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan dampak konflik Myanmar tersebut kepada perekonomian Indonesia sangat kecil. Pasalnya, hubungan hubungan dagang antara Indonesia dan Myanmar relatif kecil. Namun, Yusuf menilai Indonesia perlu mengambil pembelajaran dari gejolak politik tersebut. Stabilitas politik, hukum, HAM memang menjadi indikator penting pendukung ekonomi penting dalam mendukung aktivitas perekonomian. Karena dengan kejadian sekarang pemulihan ekonomi di Myanmar akhirnya terhambat.
Diketahui, yang baru saja terpilih pada 1 Februari lalu. Kudeta tersebut mengakibatkan demonstrasi besar-besaran dari penduduk Myanmar hingga menimbulkan korban. Kegaduhan politik ini juga menyita perhatian dunia, hingga menimbulkan kecaman dari sejumlah negara.