Bank sentral Eropa (ECB) berencana menambah stimulus covid-19 dengan mencetak uang baru hingga triliunan euro. Upaya ini dilakukan untuk merangsang ekonomi. ECB mengklaim akan terus menggelontorkan stimulus covid-19 sampai mereka yakin inflasi akan mencapai 2 persen.
Konfirmasi bahwa ECB akan bertahan dengan kebijakan moneter longgar lebih lama tidak akan mengejutkan investor. Pernyataan ECB terbilang lebih dovish dari perkiraan sebelumnya di mana bank sentral Eropa menetapkan standar untuk mengerek suku bunga acuan dari posisi saat ini.
Namun, ECB berubah pikiran dengan mengejar inflasi di kisaran 2 persen dalam jangka menengah. Bahkan, bank sentral memiliki ruang untuk melampaui target tersebut. Perubahan target itu terjadi karena bank sentral terus membeli obligasi sebagai bagian dari upaya stimulus besar-besaran. ECB tercatat telah membeli obligasi senilai 1,2 triliun euro atau US$1,4 triliun sejak Maret 2020.
Bank sentral eropa akan menambah jumlah pembelian obligasi tahun ini. ECB membeli obligasi senilai 80 miliar euro atau US$94 miliar per bulan atas nama bantuan pandemi. Secara total, ECB telah membeli obligasi 1,85 miliar euro atau US$2,2 triliun atas nama bantuan pandemi covid-19.
Analis Barclays berharap ECB berhenti membeli obligasi atas nama pandemi pada Maret 2022 nanti. Hal ini dengan asumsi bahwa pemerintah tidak lagi menerapkan kebijakan lockdown karena lonjakan kasus pandemi covid-19. Namun, bukan berarti ECB berhenti menggelontorkan stimulus. Barclays berharap ECB tetap membeli obligasi, tetapi untuk program pembelian aset. Barclays memperkirakan ECB membeli obligasi gabungan sebesar 700 euro atau US$825 miliar pada 2022. Angka itu setara dengan ratusan miliar yang harus dibayar pada sisa tahun ini.