Nilai tukar rupiah berada di level Rp13.990 per dolar AS pada perdagangan pasar spot, Rabu (6/11) pagi. Posisi tersebut melemah 6 poin atau 0,15 persen dibanding penutupan Selasa (5/11), yang berada di level Rp13.984 per dolar AS. Sementara, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Pelemahan terjadi pada peso Filipina sebesar 0,25 persen, ringgit Malaysia sebesar 0,07 persen, won Korea dan dolar Singapura masing-masing melemah 0,04 persen. Sementara lira Turki dan dolar Hong Kong terpantau stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS. Penguatan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,12 persen, dan baht Thailand yang menguat tipis, sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. Pelemahan terjadi pada dolar Australia sebesar 0,08 persen, serta euro dan poundsterling Inggris juga masing-masing melemah tipis sebesar 0,03 persen, terhadap dolar AS. Sedangkan, penguatan hanya terjadi pada dolar Kanada sebesar 0,01 persen.
Walau pagi ini melemah, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah bergerak semakin menguat terhadap dolar AS akibat optimisme besar pasar atas penandatanganan perjanjian dagang antara AS dan China fase pertama. Harapan penghilangan sebagian tarif impor barang China dalam perjanjian, (juga) menambah sentimen positif.
Menurutnya, kedua sentimen tersebut memberikan peran besar atas penguatan rupiah hingga dapat berhasil tutup di bawah Rp14.000 kemarin sore. Bahkan ini bisa mendukung rupiah bertahan di bawah Rp14.000 pada Rabu ini.
Pasar tetap harus mewaspadai naiknya tingkat imbal hasil obligasi AS yang sedang naik karena data ekonomi AS yang baik, sehingga dapat menahan penguatan Rupiah. Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.900 hingga Rp14.030 per dolar AS hari ini.