Harga minyak dunia melemah pada perdagangan singkat jelang Thanksgiving di AS. Pelemahan harga minyak merupakan reaksi investor terhadap pelepasan cadangan minyak yang dipimpin AS guna mendinginkan pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari turun tipis 8 sen atau 0,1 persen menjadi US$82,17 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari turun 36 sen atau 0,5 persen menjadi US$78,03 per barel. Lewat Departemen Energi, AS, telah meluncurkan lelang untuk menjual 32 juta barel cadangan minyak strategis (SPR) untuk pengiriman antara akhir Desember hingga April 2022. AS berencana untuk segera melepaskan 18 juta barel lagi. Pedagang juga mencari tahu apakah China akan menindaklanjuti rencana untuk melepaskan minyak dari cadangannya.
Pelepasan cadangan minyak AS diperkirakan menyebabkan surplus di pasar minyak sebesar 1,1 juta barel per hari (bph). Menindaklanjuti langkah selanjutnya, OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 1-2 Desember untuk menetapkan kebijakan. Mengingat hari libur di AS dan dengan volume perdagangan yang ringan, saya pikir pasar mencerna rilis yang telah kita lihat diumumkan dan bertanya-tanya reaksi apa yang mungkin kita lihat dari OPEC+. Perdagangan tidak memiliki arah yang jelas karena waktu pelepasan minyak masih belum pasti.
Sebelumnya, OPEC+ telah menambah pasokan 400 ribu barel per hari sejak Agustus, rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu ketika pembatasan pandemi menghantam permintaan. OPEC+ tidak membahas penghentian peningkatan produksi minyaknya, meskipun ada keputusan oleh AS, Jepang, India, dan lainnya untuk melepaskan stok minyak darurat.
Sedangkan, Uni Emirat Arab dan Kuwait mengatakan mereka berkomitmen penuh pada perjanjian OPEC+ dan tidak memiliki sikap sebelumnya menjelang pertemuan minggu depan. Irak, juga anggota OPEC, mengatakan mendukung melanjutkan rencana OPEC+ yang ada untuk meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari per bulan.
Rilis terkoordinasi ini dapat menambah sekitar 70 juta-80 juta barel pasokan minyak mentah ke pasar, sekaligus menekan inflasi.