Kemarin harga minyak mentah naik, setelahnya menurun selama tiga sesi berturut-turut, imbas pelemahan dolar dan upaya bank sentral China dalam menguatkan pasar properti dan ekonomi.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 67 sen, atau 0,8 persen menjadi US$84.12 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik US$1.01, atau 1,3 persen menjadi US$80.93 per barel.
Harga minyak melemah lebih dari 1,5 persen pada sesi sebelumnya akibat kekhawatiran terhadap ekonomi China yang sedang berjuang serta potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang lebih lanjut. Bank sentral China menyatakan akan menjaga likuiditas secara cukup memadai dan mempertahankan kebijakan yang tepat dan tegas untuk mendukung pemulihan ekonomi dalam menghadapi tantangan.
Indeks dolar turun dari level tertinggi dua bulan setelah pertemuan Federal Reserve di mana menit-menit pertemuan tersebut meninggalkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan data minggu ini menunjukkan ekonomi Amerika Serikat yang tangguh. Kenaikan suku bunga dapat meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat melambatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. China mengambil langkah atas persediaan minyak mentah pada Juli, kali pertama dalam 33 bulan terakhir ini persediaannya digunakan.
Data yang dirilis pada Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat turun hampir 6 juta barel minggu lalu karena ekspor yang kuat dan laju pemurnian yang tinggi. Namun, stok bensin Amerika Serikat turun menjadi yang terendah dalam lebih dari dua bulan, data Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat menunjukkan pada Rabu. Pasokan produk mingguan, yang merupakan proksi untuk permintaan, naik menjadi yang tertinggi sejak Desember.