Harga minyak mentah dunia kembali melemah. Pelemahan harga minyak disebabkan lonjakan pasokan di tengah permintaan yang merosot tajam seiring dengan pandemi virus corona.
Mengutip Antara, Kamis (1/4), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun US$1,61 ke posisi US$24,74 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 17 sen menjadi US$20,31 per barel.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah naik 13,8 juta barel minggu lalu. Angka itu adalah kenaikan mingguan terbesar sejak 2016.
Analis memperkirakan kenaikan stok masih terjadi dalam beberapa pekan mendatang. Sebaliknya, permintaan bahan bakar minyak mengalami penurunan mingguan terbesar akibat pandemi virus corona.
"Kemungkinan kargo-kargo akan tertekan, terjadi kenaikan tarif pengiriman, posisi force majeures, tekanan pada kapasitas penyimpanan akan menempatkan tekanan tambahan pada harga minyak," kata presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.
Kondisi ini menyita perhatian Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin meminta produsen dan konsumen minyak global untuk mengatasi pasar minyak yang mengalami tekanan.
Sementara, Trump mengeluh bahwa harga minyak yang lebih murah daripada air telah merugikan industri. Tak hanya itu, Trump mengundang beberapa eksekutif industri energi, termasuk kepala eksekutif Exxon Mobil dan Chevron Corp dalam sebuah pertemuan pada Jumat (27/3).
Mereka membahas kemungkinan pengenaan tarif impor minyak dari Arab Saudi.
Sebelumnya, OPEC gagal menyepakati potongan produksi karena Rusia menolak untuk memangkas produksi. Imbasnya, Arab Saudi justru meningkatkan produksi dan diperkirakan menghasilkan lebih banyak pada April mendatang.