Harga minyak mentah dunia naik ke level tertinggi sejak 2014 pada hari ini. Penguatan dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap ketegangan politik global yang melibatkan produsen minyak utama seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Rusia. Hal ini berisiko memperketat pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent naik US$1,03 atau 1,2 persen menjadi US$87,51 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar US$1,61 atau 1,9 persen menjadi US$85,43 per barel.
Ketegangan di UEA terjadi setelah gerakan Houthi melancarkan serangan drone yang memicu ledakan truk bahan bakar dan menewaskan tiga orang. Pemerintah UEA lantas merespons dengan menyatakan berhak untuk menanggapi serangan teroris tersebut. Kerusakan pada fasilitas minyak UEA di Abu Dhabi tidak signifikan, tetapi menimbulkan pertanyaan tentang gangguan pasokan yang lebih banyak lagi di kawasan itu pada 2022.
Serangan itu dinilai meningkatkan risiko geopolitik di kawasan tersebut dan menandakan kesepakatan nuklir Iran-AS tidak tercapai di masa mendatang. Hal itu berarti barel minyak Iran keluar dari pasar, meningkatkan permintaan untuk minyak mentah kelas serupa yang berasal dari tempat lain. Sementara, perusahaan minyak UEA Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) merencanakan strategi bisnis untuk memastikan pasokan produk tidak terputus ke pelanggan lokal maupun internasional.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS juga angkat suara perihal ketegangan di Rusia. Pasukan Rusia yang dikerahkan ke Belarus akan mengadakan latihan militer gabungan guna meningkatkan kesiapsiagaan mereka yang berpotensi dapat digunakan untuk menyerang negara tetangga, Ukraina. Rusia telah membangun pasukan besar di dekat perbatasan Ukraina yang dikhawatirkan dapat memicu penghentian pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia ke Eropa Tengah.
Produsen dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga sedang berjuang untuk memperoleh minyak pada kapasitas yang diizinkan yakni 400 ribu barel per hari setiap bulan. Pada Selasa kemarin, OPEC masih yakin permintaan minyak dunia pada 2022 tetap akan meningkat di tengah varian virus covid-19 omicron dan bayang-bayang kenaikan suku bunga.
Persediaan minyak di negara-negara Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) turun ke level terendah sejak 2000 pada musim panas, di saat harga minyak Brent naik menjadi US$100 pada akhir tahun ini.