Komoditi | Senin, 05 Oktober 2020 - 11:11 WIB

Kesehatan Trump Menjadi Faktor Minyak Dunia Anjlok 4 Persen 

Kesehatan Trump Menjadi Faktor Minyak Dunia Anjlok 4 Persen 

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

05 Oktober 2020

11:11 WIB

Harga minyak mentah dunia anjlok sekitar 4 persen sepanjang pekan lalu. Penurunan harga terjadi setelah Presiden AS Donald Trump positif terjangkit virus corona atau covid-19.

Seperti yang dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun US$1,66 atau 4,1 persen menjadi US$39,27 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$1,67 atau 4,3 persen menjadi US$37,05 per barel di New York Mercantile Exchange.

Kabar Trump positif terjangkit virus corona langsung menghantam pasar keuangan, khususnya aset-aset berisiko. Hal itu kemudian menjalar ke penurunan harga minyak yang belum pulih akibat peningkatan produksi. Secara kumulatif, harga minyak Brent anjlok 7 persen dan WTI terkontraksi 8 persen dalam dua pekan berturut-turut. Kabar tersebut menambah ketidakpastian terhadap prospek ekonomi Negeri Paman Sam ke depannya setelah dihantam peningkatan jumlah pengangguran.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat data penggajian non-pertanian hanya meningkat 661 ribu pekerja pada September 2020 atau melambat dari bulan sebelumnya sekitar 1,49 juta pekerja. Ini merupakan minggu yang sulit, dan sekarang diagnosis presiden mengirimkan getaran ke seluruh pasar. Pandemi covid-19 telah membebani pasar minyak lebih besar dari kelas aset lainnya.

Selain itu, peningkatan jumlah kasus virus corona di dunia turut membebani pasar juga. Beberapa negara memperketat lagi pembatasan dan mempertimbangkan penguncian wilayah (lockdown) lagi.

Di sisi lain, harga minyak juga dibebani kabar peningkatan produksi oleh perusahaan energi AS. Data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) mencatat pasokan minyak naik 160 ribu barel per hari (bph) pada September dari bulan sebelumnya. Peningkatan pasokan disebabkan oleh kenaikan produksi di Libya dan Iran, anggota OPEC yang dibebaskan dari pakta pasokan antara OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia atau OPEC+. Produksi minyak Libya menjadi 270 ribu bph atau lebih besar dari perkiraan analis setelah pelonggaran blokade oleh Tentara Nasional Libya.

Pasar juga tertekan di tengah kekhawatiran tentang negosiasi yang sedang berlangsung antara pemerintah AS da DPR mengenai paket stimulus ekonomi tambahan untuk meningkatkan dukungan terhadap ekonomi.
 

Terpopuler