Komoditi | Selasa, 07 Juli 2020 - 12:12 WIB

Kasus Corona dan Data Ekonomi Masih Warnai Harga Minyak Dunia

Kasus Corona dan Data Ekonomi Masih Warnai Harga Minyak Dunia

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

07 Juli 2020

12:12 WIB

Harga minyak mentah dunia bervariasi pada perdagangan Senin (6/7) waktu Amerika Serikat (AS) atau Selasa (7/7) waktu Indonesia. Pengaruh utama masih datang dari jumlah kasus virus corona atau covid-19 dan perkembangan data ekonomi di berbagai negara.
Dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 30 sen atau 0,69 persen menjadi US$43,1 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 2 sen atau 0,04 persen menjadi US$40,63 per barel di New York Mercantile Exchange.

"Kekuatan yang bersaing di pasar minyak sekarang adalah pembukaan kembali ekonomi di seluruh dunia, meningkatnya permintaan minyak, diimbangi oleh kekhawatiran tentang penutupan ekonomi di seluruh dunia karena kebangkitan dalam jumlah kasus virus," ungkap Presiden Konsultan Lipow Oil Andy Lipow.

Dalam lima hari di bulan ini, 16 negara bagian AS mencatat ada rekor kasus baru. Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mencatat ada 57 ribu kasus corona baru di Negeri Paman Sam pada Senin (6/7).

Secara total, ada 2,83 juta kasus positif virus corona di AS dengan jumlah kematian mencapai 129 ribu orang. Sementara di dunia, ada 202 ribu kasus corona baru di dunia pada Senin (6/7). Saat ini, jumlah kasus positif mencapai 11,32 juta orang dengan kasus kematian mencapai 532 ribu orang.

Kendati begitu, aktivitas ekonomi di AS berupa bisnis dan industri tetap berjalan. Bahkan, aktivitas meningkat drastis pada Juni lalu seperti kondisi sebelum pandemi corona.

Begitu pula dengan aktivitas ekonomi di China, khususnya di industri dan pasar modal. Namun, data ekonomi di Jerman justru terbalik, di mana pesanan industri dari negara itu justru hanya naik secara moderat pada Mei 2020.

Bahkan, seperlima perusahaan di ekonomi terbesar Eropa itu mengatakan takut bangkrut dalam survei terbaru. Di sisi lain, ada sentimen pergerakan harga minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) ditambah Rusia atau dikenal OPEC+.

"Sementara risiko di sisi permintaan membebani harga, disiplin yang baik dengan OPEC+ memberikan dukungan," kata Analis Energi Commerzbank Research Eugen Weinberg.

Pasalnya, belum ada permintaan minyak secara signifikan, meski OPEC+ telah sepakat menurunkan produksi dengan rekor 9,7 juta barel per hari (bph) untuk tiga bulan pada Juli.

Hanya saja, perusahaan minyak nasional Saudi Aramco sudah mulai menaikkan harga minyak mereka ke pasar Asia sebesar US$1 per barel untuk pengiriman Agustus serta untuk pasar Eropa dan AS di semua jenis minyak.

Terpopuler