Harga minyak mentah dunia terseret turun hampir 4 persen pada perdagangan Senin (24/2) waktu AS. Harga minyak rontok dipicu kekhawatiran penyebaran virus corona di luar China, sehingga menambah kekhawatiran investor terhadap permintaan minyak. Mengutip Antara, Selasa (25/2), minyak mentah berjangka Brent turun UD$2,2 atau 3,8 persen menjadi US$56,30 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) jatuh US$1,95 atau 3,7 persen di level US$51,43 per barel.
Virus corona telah menjangkiti kota terbesar keempat Korea Selatan, Daegu. Jumlah infeksi di Daegu meningkat cepat membuat kota terisolasi dari wilayah sekitar. Virus mematikan itu juga merambah negara di Eropa. Tercatat, Italia menjadi negara paling banyak melaporkan kematian, yaitu 7 korban meninggal serta 220 infeksi.
Sementara di Timur Tengah, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Irak melaporkan kasus virus corona pertama mereka pada Senin (24/2). Semuanya melibatkan orang-orang yang pernah berada di Iran. Imbasnya, Afghanistan, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Turki membatasi perjalanan dan imigrasi terhadap Iran. Secara total, virus corona telah menginfeksi hampir 77.000 orang dan membunuh lebih dari 2.500 orang. Laporan penyebaran virus corona meningkatkan kekhawatiran terhadap kehancuran permintaan minyak.
Namun, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyebutan pandemi bagi virus corona tidak sesuai dengan fakta. Ia mengatakan tak terdapat penyebaran yang tidak terkendali atau kematian berskala besar akibat virus corona. Kita harus fokus pada isolasi, sementara mempersiapkan potensi pandemi.
Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser memperkirakan dampak virus corona pada permintaan minyak hanya dalam jangka pendek. Ia memprediksi konsumsi meningkat pada paruh kedua tahun ini. Sementara, Bank of America Global Research mempertahankan perkiraan harga minyak mentah Brent stabil di US$62 dolar per barel di 2020. Harga minyak akan ditopang penurunan pasokan OPEC.