Komoditi | Jumat, 25 Pebruari 2022 - 10:10 WIB

Harga Minyak Tembus US$105 per Barel

Harga Minyak Tembus US$105 per Barel

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

25 Pebruari 2022

10:10 WIB

Harga minyak dunia tembus US$105 per barel dalam sesi puncak pada akhir perdagangan, setelah Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Harga minyak menembus level tertinggi pertama kalinya sejak 2014 silam.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bersandar di posisi US$99,08 per barel atau naik 2,3 persen. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Maret tumbuh tipis 0,8 persen menjadi US$92,81 per barel setelah menyentuh puncak tertingginya di US$100,54 per barel.

Diketahui, Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina melalui jalur darat, laut, dan udara. Ini merupakan serangan terbesar satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II.

Presiden AS Joe Biden menerbitkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia, yakni menghambat bisnis dalam mata uang utama dunia, termasuk sanksi terhadap bank dan BUMN Rusia.

Harga minyak mulai terkendali setelah Biden meminta AS bekerja sama dengan negara lain dalam melepas cadangan minyak mentah untuk menambah pasokan.

Pelepasan cadangan minyak mentah dari sejumlah negara memang memiliki dampak psikologis. Tetapi, ia mempertanyakan dampak nyatanya dalam beberapa waktu ke depan. Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga dan merupakan eksportir terbesar kedua di dunia. Pasar minyak global tidak akan mampu menanggung gangguan pasokan yang besar. Bahkan, Rusia juga penyedia gas alam terbesar ke Eropa, dengan pasokan 35 persen dari total pasokan gas alam dunia.

China ikut angkat suara. Negeri Tirai Bambu ini khawatir konflik Rusia Ukraina berdampak besar terhadap stabilitas pasar energi. Semua negara harus bertanggungjawab untuk menjaga keamanan energi global.

Di AS, persediaan minyak mentah komersial naik 4,5 juta barel pekan lalu menjadi 416 juta barel. Angkanya jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis, yakni 400 ribu barel. Namun, minyak mentah cadangan (SPR) AS turun 2,4 juta barel menjadi 582,4 juta barel. Terendah sejak 2002 silam. Secara keseluruhan, pasokan minyak tetap ketat karena permintaan mulai pulih dari posisi terendah saat pandemi covid-19.

Analis memperkirakan minyak mentah berjangka Brent akan tetap berada di level US$105 per barel sampai pasokan alternatif yang cukup besar tersedia. Analis juga memperingatkan tekanan inflasi pada ekonomi global karena kenaikan harga minyak, terutama untuk Asia yang mengimpor sebagian besar kebutuhan energinya. Kelemahan Asia tetap merupakan kebutuhan impor energi yang besar. Dengan lonjakan harga minyak, pasti akan mengurangi pendapatan dan pertumbuhan selama setahun ke depan.

Terpopuler