Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan Rabu (15/12), waktu AS. Harga minyak bangkit (rebound) dari kerugian awal usai data pasokan AS menunjukkan permintaan konsumen yang kuat. Rilis data tersebut bersamaan dengan The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, yang menyebut akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret 2022 untuk menekan kenaikan inflasi.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari menguat 18 sen atau 0,2 persen menjadi US$73,88 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 14 sen atau 0,2 persen menjadi US$70,87 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebelum ditutup menguat tipis, harga minyak sempat tertekan hampir sepanjang hari karena kekhawatiran pertumbuhan pasokan akan melebihi permintaan pada tahun depan.
Selain itu, pasar juga mencemaskan mulai kurang efektifnya vaksin covid-19 terhadap varian omicron yang menyebar. Harga minyak naik sejalan dengan aset-aset berisiko lainnya, seperti ekuitas AS yang merespons positif pernyataan The Fed.
Data mingguan Pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah Negeri Paman Sam turun 4,6 juta barel pekan lalu. Hal serupa juga terjadi pada stok sulingan dan bensin. Data EIA (Badan Informasi Energi AS) sangat kuat di semua elemen, rekor permintaan minyak tersirat, penarikan besar produk minyak mentah dan minyak.
Namun, para analis minyak mengantisipasi varian omicron akan menekan permintaan dalam beberapa bulan mendatang setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bukti awal menunjukkan vaksin mungkin kurang efektif terhadap infeksi dan penularan varian omicron. Ketika lebih banyak informasi keluar tentang potensi penguncian atau pembatasan perjalanan sebagai akibat dari omicron, kemunduran dapat terlihat dari sini.