Harga minyak mentah global menguat menjelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Rabu waktu setempat. Kenaikan harga minyak sejalan dengan penguatan pasar saham AS pada perdagangan Selasa.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik US$1,15 atau 2,1 persen menjadi US$55,90 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari naik 62 sen atau 1,2 persen menjadi US$52,98 dolar AS per barel. Sementara itu, indeks-indeks utama Wall Street menguat karena komentar dari calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen menjelang pelantikan Biden. Yellen mendesak anggota parlemen untuk mengambil tindakan pada paket bantuan virus corona jilid kedua. Para ekonom tidak selalu setuju, tanpa tindakan lebih lanjut, risiko resesi diambil yang lebih lama dan lebih menyakitkan dari sekarang, serta luka jangka panjang ekonomi.
Sentimen positif ke pasar minyak lantaran Yellen memberikan lampu hijau kepada stimulus fiskal AS. Pasar optimis gelontoran dana jumbo senilai US$1,9 triliun itu pada akhirnya mengangkat pertumbuhan ekonomi global. Mendekati awal era pemerintahan Biden di AS, pelaku pasar sekarang memiliki harapan terhadap dampak positif yang cepat pada pasar yang berasal dari paket stimulus yang dijanjikan.
Selain itu, harga minyak juga mendapatkan dukungan dari pelemahan dolar AS di hadapan sejumlah mata uang lainnya. Secara historis, pergerakan harga minyak memang berbanding terbalik dengan laju dolar AS. Investor juga memiliki optimisme terhadap permintaan di China, negara importir utama minyak mentah dunia. Data ekonomi China menunjukkan produksi kilang-kilang meningkat t3 persen ke rekor tertinggi pada tahun lalu.
Sementara itu, Halliburton Co memprediksi pemulihan industri minyak dan gas global terjadi pada kuartal II 2021. Senada, Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan sangat optimis pasar minyak akan pulih tahun ini dari penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi covid-19.
Harga minyak mentah naik meskipun Badan Energi Internasional (IEA) memangkas prospek permintaan minyak pada 2021. Namun, IEA memperkirakan permintaan minyak pulih pada paruh kedua tahun ini menjadi rata-rata tahunan 96,6 juta barel per hari