Harga minyak mentah dunia turun hampir 6 persen pada perdagangan kemarin dikarenakan pasar khawatir permintaan turun di tengah kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral di sejumlah negara.
Harga minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman Oktober turun US$5,78 atau 5,5 persen ke US$99,31 per barel. Pelemahan juga terjadi pada harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$5,37 atau 5,5 persen ke US$91,64 per barel. Inflasi yang menembus dua digit di berbagai negara dinilai mendorong kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif. Kondisi itu akan menekan laju ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Selain itu, Harga minyak dunia juga merosot setelah perusahaan minyak pelat merah Iraq SOMO menyatakan ekspor minyak tidak terdampak oleh aksi unjuk rasa. Bahkan, SOMO bisa memasok lebih banyak minyak ke Eropa bila diperlukan.
Pendukung ulama Syiah Moqtada Sadr diketahui menggeruduk Istana Republikan di Baghdad pada awal pekan ini. Keadaan mulai tenang setelah Sadr menyerukan pendukungnya untuk berhenti unjuk rasa di zona hijau. Tekanan terhadap harga minyak juga bertambah setelah perusahaan minyak Rusia Gazprom Neft menyatakan akan meningkatkan produksi dua kali lipat di Zhagrin, bagian barat Siberia, menjadi 110 ribu barel per hari.
Investor juga masih menanti keputusan terkait produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pada 5 September mendatang. Pekan lalu, Arab Saudi melempar kemungkinan pemangkasan produksi minyak OPEC+. Di Amerika Serikat, American Petroleum Institute mencatat stok minyak mentah Negeri Paman Sam naik 593 ribu barel pada pekan yang berakhir 26 Agustus 2022.