Harga minyak dunia meroket tertinggi dalam sepekan terakhir, setelah AS dan negara-negara konsumen lainnya gagal melepaskan puluhan juta barel cadangan minyak mereka. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari melompat 3,3 persen menjadi US$82,31 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik 2,3 persen menjadi US$78,50 per barel.
Kenaikan harga minyak adalah kenaikan harian terbesar untuk Brent sejak Agustus, sekaligus penutupan tertinggi sejak 16 November. Harga kedua kontrak minyak mentah Brent dan WTI ini juga mendorong harga ke level tertingginya sejak pertengahan Oktober lalu.
Sebelumnya, AS mengaku akan melepas jutaan barel minyak dari cadangan strategis mereka dan berkoordinasi dengan negara-negara konsumen lainnya, seperti China, India, dan Korea Selatan, termasuk Jepang dan Inggris. Tujuannya, untuk mendinginkan harga di pasar usai OPEC dan sekutunya mengabaikan seruan untuk memasok lebih banyak minyak mentah. Namun demikian, sejumlah analisis meyakini efek terhadap harga kemungkinan hanya bersifat jangka pendek, lantaran pemulihan ekonomi global akibat pandemi covid-19 menunjukkan tren penguatan. Pelepasan cadangan minyak terkoordinasi lebih kecil dari perkiraan dan tidak diragukan lagi akan dipenuhi oleh sedikit dari produksi OPEC+. Tidak ada yang akan terkejut jika OPEC+ mengurangi rencana produksi mereka.
Diketahui, OPEC+ sejauh ini telah menolak mentah-mentah permintaan dari AS untuk memproduksi lebih banyak minyak mentah. Tidak ada logika untuk meningkatkan produksi ke pasar global saat ini, mengingat data teknis yang dikantonginya menunjukkan akan terjadi surplus minyak pada kuartal pertama 2022.