Komoditi | Jumat, 07 Januari 2022 - 11:11 WIB

Harga Minyak Melonjak di Tengah Kerusuhan Kazakhstan

Harga Minyak Melonjak di Tengah Kerusuhan Kazakhstan

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

07 Januari 2022

11:11 WIB

Harga minyak dunia naik hingga 2 persen pada perdagangan Kamis (6/1), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan ini kembali melanjutkan reli awal tahun, di tengah kerusuhan di negara produsen minyak sekutu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Kazakhstan, dan pemadaman pasokan minyak di Libya. Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret ditutup di US$81,99 per barel di London ICE Futures Exchange. Angka ini naik US$1,19 atau 1,5 persen.

Penguatan juga terjadi di minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari yang naik US$1,61 atau hampir 2,1 persen. Kini WTI bergerak di US$79,46 per barel di New York Mercantile Exchange. OPEC hanya mengerek produksi 90 ribu barel minyak per hari pada Desember. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi minyak Arab Saudi diimbangi oleh pengurangan produksi di Libya dan Nigeria.

OPEC+ dikabarkan tengah melepas rekor pengurangan produksi yang diberlakukan pada tahun lalu akibat permintaan dan harga yang mulai pulih dari penurunan yang disebabkan oleh pandemi. Organisasi tersebut juga mengatakan bahwa akan tetap berada pada rencana untuk meningkatkan produksi minyak hingga 400 ribu barel per hari pada Februari.

Di sisi lain, investor semakin khawatir dengan kerusuhan yang terjadi di Kazakhstan. Pasalnya, negara tersebut memproduksi jutaan barel minyak per hari. Situasi politik di Kazakhstan menjadi semakin tegang. Dan ini adalah negara yang saat ini memproduksi 1,6 juta barel minyak per hari.

Akibat kerusuhan tersebut, Rusia mengirimkan pasukan terjun payung ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan pemberontakan di seluruh negeri. Namun, hingga saat ini tidak ada indikasi bahwa produksi minyak di Kazakhstan telah terpengaruh sejauh ini.

Libya sendiri sebagai salah satu negara produsen minyak mampu memproduksi 729 ribu barel per hari. National Oil Corp, perusahaan minyak negara tersebut, mengatakan jumlah produksi itu turun dari sebelumnya 1,3 juta barel per hari pada tahun lalu. Menurut perusahaan, penurunan produksi lantaran pemeliharaan dan penutupan ladang minyak.
 

Terpopuler