Komoditi | Kamis, 06 Agustus 2020 - 12:12 WIB

Harga Minyak Melonjak Akibat Penurunan Pasokan di AS

Harga Minyak Melonjak Akibat Penurunan Pasokan di AS

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

06 Agustus 2020

12:12 WIB

Harga minyak naik ke level tertinggi sejak awal Maret pada akhir perdagangan Rabu (5/8) waktu Amerika Serikat (AS) atau Kamis (6/8) pagi WIB terdorong oleh penurunan tajam persediaan minyak mentah di Negeri Paman Sam. 
Penguatan juga dipicu pelemahan dolar AS. Tapi penguatan tertahan peningkatan kasus corona  di dunia yang meningkatkan kekhawatiran pasar atas prospek permintaan minyak ke depan.

Dikutip dari Antara, Kamis (6/8), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, naik 74 sen atau 1,7 persen ke US$45,17 per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan September bertambah 49 sen atau 1,2 persen ke US$42,19 per barel.

Bahkan kedua kontrak minyak itu sempat naik lebih dari empat persen pada awal sesi perdagangan. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah AS jatuh 7,4 juta barel pekan lalu.

Penurunan tersebut melebihi perkiraan pasar yang hanya memperkirakan persediaan minyak jatuh sebanyak 3 juta barel.

Melemahnya dolar, yang membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, juga mendukung harga.

"Tidak ada yang luput dari keuntungan dari melemahnya dolar di ruang komoditas dan minyak tentu saja bersenang-senang dalam penurunannya," kata Analis Senior OANDA Craig Erlam.

Selain itu, harga minyak juga mendapat dukungan dari pembicaraan paket bantuan virus corona di AS antara Gedung Putih dan Demokrat di Kongres yang mengalami kemajuan dan menimbulkan optimisme pasar.

Minyak juga mendapatkan topangan dari data peningkatan pesanan pabrik di AS pada pekan lalu. Peningkatan memberikan keyakinan ke pasar bahwa ekonomi mulai lepas dari tekanan virus corona.

Namun, di tengah kenaikan tersebut, harga minyak mendapatkan tekanan dari peningkatan kematian akibat virus corona global yang telah melampaui 700 ribu kasus sampai Rabu (5/8). Peningkatan tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar atas prospek pemulihan ekonomi ke depan yang ditakutkan akan melamban. 

Terpopuler