Harga minyak merosot pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar khawatir akan lonjakan kasus covid-19 di China, importir minyak utama dunia Pelonggaran pembatasan covid-19 Negeri Tirai Bambu memantik harapan meningkatnya permintaan bahan bakar.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,07 atau 1,3 persen ke US$83,26 per barel. Pelemahan juga dialami oleh harga minyak West Texas Intermediate AS sebesar 0,7 persen menjadi US$78,96 per barel.
Pemerintah China tidak lagi mewajibkan karantina bagi pelancong yang masuk ke negaranya mulai 8 Januari. Kendati demikian, rumah sakit China tengah di bawah tekanan kuat karena lonjakan covid-19. Ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat juga memengaruhi pasar minyak. Pasalnya, The Federal Reserve mencoba membatasi kenaikan harga di pasar tenaga kerja yang ketat.
Pelaku pasar memperkirakan volume perdagangan pekan ini lebih ringan dari biasanya menjelang akhir tahun. Kondisi ini menciptakan lebih banyak volatilitas harga minyak. Sentimen risk-off secara umum telah membebani harga minyak, di pasar dengan likuiditas yang tipis.
Harga minyak sudah menyentuh level tertinggi dalam tiga pekan terakhir. Sebab, cuaca dingin di seluruh AS memaksa penutupan di lokasi produksi dan kilang utama pada akhir pekan. Rebound yang kuat terlihat selama beberapa minggu terakhir dan itu sedikit berkurang hari ini tetapi narasinya tetap tidak berubah.
Tahun depan dinilai membawa ketidakpastian yang sangat besar. Selain itu, banyak potensi risiko kenaikan harga dari China yang dibuka kembali, penurunan produksi Rusia, dan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+). Pasar minyak juga memberi perhatian pada Rusia yang akan melarang penjualan minyak mulai 1 Februari ke negara-negara yang mematuhi batas harga G7 yang diberlakukan pada 5 Desember.