Harga minyak dunia stagnan di tengah pertimbangan pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga AS yang agresif. Di samping peningkatan permintaan minyak ketika pasokan minyak mentah AS sedang merosot sepekan terakhir.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun tipis 0,2 persen menjadi US$91,41 per barel usai mendaki lebih dari satu persen di awal perdagangan Kamis (10/2), waktu AS. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 0,3 persen jadi US$89,88 per barel, setelah melesat lebih dari US$2 per barel di awal perdagangan.
Laporan inflasi yang panas membuat dolar AS naik lebih tinggi, yang secara tentatif menyeret turun harga komoditas, termasuk harga minyak. Namun fundamental pasar minyak tetap sangat ketat. Harga minyak mentah tampaknya siap untuk naik lebih tinggi.
Di awal pekan ini saja, harga minyak mentah sudah menyentuh level tertingginya dalam tujuh tahun terakhir, di tengah geopolitik Rusia dan Ukraina dan ancaman inflasi global. Penguatan harga minyak karena pemulihan permintaan bahan bakar minyak (BBM) cukup kuat di tengah penyebaran varian omicron covid-19.
Tapi setelah rilis data inflasi AS menunjukkan level tertingginya dalam 40 tahun terakhir, Gubernur The Fed St Louis James Bullard mengaku ingin menaikkan suku bunga acuan secara penuh pada 1 Juli 2022 nanti, harga minyak pun terseret jatuh. Pasar bingung antara melihat statistik persediaan yang kuat dan tanda-tanda bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.