Harga minyak mentah dunia bergerak bervariasi pada perdagangan Jumat(31/4). Kedua acuan harga minyak membukukan keuntungan mingguan pertama setelah empat pekan tertekan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 4 sen atau 0,2 persen ke posisi US$26,44 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni bertambah 94 sen atau 5 persen ke US$19,78 per barel.
Setelah tiga minggu berturut-turut mencatat kerugian, minyak mentah Brent naik sekitar 23 persen, sementara WTI meningkat sekitar 17 persen. Penguatan WTI didukung pengurangan rig minyak perusahaan energi AS selama tujuh minggu berturut-turut.
Usai pengurangan jumlah total rig AS menjadi 325 rig atau terendah sejak Juni 2016. Sebelumnya, minyak mentah AS acuan WTI jatuh ke level terendah sepanjang masa bahkan diperdagangkan negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Tak jauh berbeda, minyak Brent mencapai level terendah hampir 21 tahun. Pemicunya adalah penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19. Imbasnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bph). Sebelumnya, OPEC+ gagal menyepakati pengurangan produksi sehingga harga minyak makin terbakar.
Bangkitnya harga minyak juga ditopang rencana pelonggaran penguncian wilayah (lockdown) di sejumlah negara. Pelonggaran rencananya dilakukan juga di Provinsi Hubei, tempat virus corona baru pertama kali terdeteksi.
Rencana pelonggaran lockdown ini sejalan dengan rencana pemotongan produksi sehingga memberikan sentimen positif pada minyak mentah. Stok minyak bumi global kemungkinan memuncak pada April karena permintaan minyak menyusut hampir 25 juta barel per hari secara tahun ke tahun.
Namun demikian, masih terdapat keraguan jika pengurangan produksi OPEC+ mampu mengerek harga minyak. Pasalnya, permintaan minyak tidak mungkin pulih dengan cepat. Harga masih sangat rendah dan dua minggu ke depan kemungkinan akan kembali terjadi volatilitas ekstrem.
Senada,broker minyak PVM Stephen Brennock juga menuturkan pemotongan produksi oleh OPEC+ tak mampu mengerek harga minyak signifikan.
Sebuah survei Reuters pada Kamis (30/4) menunjukkan bahwa sebelum penurunan produksi, OPEC meningkatkan produksi secara tajam ke level tertinggi sejak Maret 2019, sehingga menambah kelebihan pasokan di pasar. Pemotongan produksi yang mulai berlaku hari ini tidak akan ada obat mujarab untuk ketidakseimbangan pasokan yang lumayan.