Harga minyak mentah merosot pada akhir perdagangan kemarin. Penurunan harga dipicu oleh kekhawatiran kenaikan kasus covid-19 akibat penyebaran varian omicron, termasuk kenaikan pasokan minyak dari Libya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melorot 88 sen atau 1,1 persen menjadi US$80,87 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari turun 67 sen atau 0,9 persen menjadi US$78,23 per barel. Harga minyak mengikuti pasar saham yang lebih rendah di tengah kekhawatiran omicron.
Tidak cuma itu, pasar juga mundur dari keuntungan di awal sesi perdagangan karena Libya mengaku minyak hasil produksinya meningkat. Kekhawatiran penyebaran omicron memang merembet ke pasar minyak. Padahal pekan lalu, harga minyak sempat menguat 5 persen usai kerusuhan di Kazakhstan mengganggu jalur kereta api, dan menghantam produksi di ladang minyak negara itu.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam dua tahun karena investor memangkas aset-aset berisiko setelah spekulasi The Fed, bank sentral AS, menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2022 nanti. Tapi, produksi minyak Libya meningkat, dan kekhawatiran peningkatan produksinya menguasai pasar. Kekhawatirannya, produksi meningkat, sedangkan permintaan bensin menurun di tengah pandemi.