Komoditi | Rabu, 23 Maret 2022 - 10:10 WIB

Harga Minyak Dunia Merosot Namun Masih Mahal di Level US$115 per Barel

Harga Minyak Dunia Merosot Namun Masih Mahal di Level US$115 per Barel

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

23 Maret 2022

10:10 WIB

Harga minyak dunia melemah pada akhir perdagangan kemarin. Namun, harga minyak mentah itu masih relatif mahal bertengger di level US$115 per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot 14 sen atau 0,2 persen menjadi US$115,48 per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April turun 36 sen atau 0,3 persen menjadi US$111,76 per barel.

Penurunan harga minyak terjadi setelah negara-negara Uni eropa (UE) menyiratkan ketidak-sepakatannya bergabung dengan AS dalam memberi sanksi embargo minyak impor Rusia. Pertimbangan embargo merupakan salah satu sanksi atas invasi militer Rusia ke Ukraina.

Larangan ekspor minyak Rusia membuat Menteri Luar Negeri UE terpecah. Sebab, beberapa negara, termasuk Jerman, menyebut blok tersebut terlalu bergantung pada bahan bakar fosil Rusia. Cukup jelas bahwa ekonomi Jerman akan bangkit, sehingga Uni Eropa mundur dari larangan Rusia. Meski demikian, potensi kenaikan harga minyak dunia masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

Ekspor minyak Rusia oleh Caspian Pipeline Consortium (CPC) mungkin juga turun sekitar 1 juta barel per hari. Konsorsium itu tengah memperbaiki dua dari tiga titik tambat yang rusak akibat badai di bagian Laut Hitam Rusia. Selain itu, perusahaan minyak utama Prancis, Total Energies, yang mendapat kecaman setelah berhenti bergabung dengan saingannya Shell dan BP dalam perencanaan untuk mendivestasi aset minyak dan gas di Rusia, mengatakan pihaknya akan keluar dari kontrak pasokan minyak Negeri Beruang Merah.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh terancamnya pasokan dari Arab Saudi. Sebab, kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran menyerang fasilitas desalinasi energi dan air Saudi selama akhir pekan lalu. Arab Saudi tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan global setelah serangan itu. Hal tersebut juga meningkatkan frustasi Saudi terkait penanganan Washington terhadap Yaman dan Iran.
 

Terpopuler