Harga emas kembali tergelincir pada penutupan perdagangan di hari Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Bahkan penurunan ini menjadi yang terendah dalam satu minggu terakhir.
Mengutip CNBC, pada hari Rabu (10.09.2019), melemahnya harga emas ini karena dolar AS terus menguat imbas ekspektasi penurunan suku bunga yang kurang agresif oleh Federal Reserve bulan ini. Sementara investor masih menunggu pernyataan Jerome Powell tentang kebijakan moneternya.
Harga emas di pasar spot mengalami penurunan sebesar 0,4 persen menjadi USD 1,390.21 per ounce. Bahkan sempat menyentuh USD 1,386.11 per ounce, dimana ini adalah yang terendah sejak tanggal 2 Juli.
Sementara untuk harga emas berjangka AS turun 0,5 persen menjadi USD 1,392.50 per ounce.
"The Fed yang kurang dovish ditambah data lapangan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan dan meningkatnya optimisme tentang meredanya tensi perang dagang AS - China telah memperkuat dolar, menyeret harga emas," ujar dia.
Menurutnya, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS sebelum kongres menjadi kunci pergerakan emas kedepannya.
“Jika Powell mengkonfirmasi pandangan dovish, kita akan melihat beberapa pelemahan dolar dan menaikan harga emas; imbal hasil obligasi juga akan naik, ” ujar dia.
Ekspektasi pasar akan penurunan 25 basis poin berada pada 98 persen, dengan peluang penurunan 50 basis poin berkurang menjadi 5,9 persen dari 25 persen pada minggu lalu. Bahkan kini investor berpikir bahwa Fed tidak akan memangkas suku bunga pada bulan September.
Penguatan dolar saat ini berada di angka tertinggi selama tiga minggu terakhir versus beberapa mata uang utama. Hal ini didukung juga oleh berita bahwa Amerika Serikat dan China akan memulai kembali perundingan perdagangan minggu ini.
Selain itu, cadangan konsumen emas China melonjak menjadi USD 87,27 miliar dari USD 79,83 miliar pada akhir bulan Mei. Saat ini China menjadi konsumen logam mulia terbesar di dunia.