Harga emas melonjak lebih dari 1,5 persen ke level tertinggi dalam lebih dari 7 tahun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas karena investor panik sehigga bergegas mengumpulkan instrumen safe haven.
Kepanikan terjadi di tengah kekhawatiran akan pukulan virus Corona terhadap ekonomi global dan juga terhadap pendapatan dari perusahaan-perusahaan.
Harga emas di pasar spot melampaui batas kunci di USD 1.700 dan menyentuh level tertinggi sejak Desember 2012. Harga emas di pasar spot naik 1,7 persen ke level USD 1.717,36 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS menetap 0,5 persen lebih tinggi ke level USD 1,761.40 per ounce, dan mencapai tertinggi sejak Februari 2013.
Pasar saham terus mengalami fluktuasi besar dan orang-orang yang tidak dapat menahan pergerakan semacam ini. Mereka akhirnya menumpuk investasi ke emas.
Inflasi akan datang yang menjadi alasan terbesar mengapa emas akan memiliki penawaran yang mendasarinya. Inflasi memberikan dampak positif bagi harga emas karena emas batangan dipandang sebagai penyimpan nilai yang aman ketika tekanan harga naik.
Federal Reserve AS pada hari Kamis mengumumkan paket stimulus sebesar USD 2,3 triliun untuk membantu mengatasi wabah Corona. Krisis telah memaksa 16,8 juta orang Amerika untuk mengajukan tunjangan pengangguran sejak pekan yang berakhir 21 Maret.
Para menteri keuangan Uni Eropa pada hari Kamis sepakat untuk mendukung setengah triliun euro untuk ekonomi mereka yang terdampak virus Corona, tetapi membiarkan pertanyaan terbuka tentang bagaimana membiayai pemulihan di blok itu.
Pandemi telah menginfeksi lebih dari 1,8 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan 113.849 orang, memaksa negara-negara untuk memperpanjang penguncian dan bank sentral untuk mengumumkan langkah-langkah dukungan.
Komoditas emas unjuk gigi sebagai komoditas anti resesi, seperti gejolak pandemik virus corona saat ini dan di tengah hiruk pikuk lesunya bisnis dan roda ekonomi Indonesia.
Saat ini, tren masyarakat ramai berbondong-bondong melakukan transaksi emas, baik yang menjual maupun yang membeli dengan harapan kenaikan harga emas di tengah prospek melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
CEO Sehatigold Denny Ardhiyanto mengatakan, perilaku emas sebagai komoditas anti resesi kembali terbukti di saat ketidakpastian ekonomi yang telah berlangsung semenjak pertengahan 2019.
Ini bukanlah hal yang baru (kenaikan harga emas, red). Dari masa ke masa, emas selalu dipercaya masyarakat dunia sebagai investasi yang secara konsisten memberikan keuntungan yang luar biasa di saat terjadi gejolak ekonomi.
Gejolak ekonomi sebenarnya sudah mulai terjadi beberapa bulan sebelum pandemik COVID-19. Beberapa insiden telah memicu sentimen negatif pasar, seperti Perang Dagang antara Amerika Serikat dan Cina, ketegangan Amerika dan Iran.
Selain itu, COVID-19 melengkapi sentimen negatif tersebut sebagai hantaman terakhir terhadap ekonomi dunia.
Setiap kejadian yang menakutkan pasar dunia semakin mendorong pelaku pasar untuk meninggalkan aset lainnya seperti pasar modal dan pasar uang dan masuk ke dalam pasar emas. Hal inilah yang telah mendorong harga emas secara spektakuler.
Harga emas telah naik sebesar 20 persen pada kuarter pertama 2020 dan jika ditarik lebih lanjut semenjak pertengahan 2019, kenaikan harga emas telah mencapai 50 persen.