Harga emas turun pada hari Rabu (Kamis (waktu Jakarta), setelah Bank Sentra Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2008. Penurunan harga emas ini didorong oleh harga pasar bergerak dan kurangnya prospek dovish gagal menghibur investor.
Mengutip CNBC, pada hari Kamis (01.08.2019), harga emas di pasar spot anjlok 1 persen menjadi USD 1.417 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka turun 0,4 persen ke level USD 1.431,80 per ounce.
Pasar keuangan telah secara luas mengharapkan penurunan suku bunga seperempat poin. Namun The Fed menurunkan suku bunga menjadi kisaran target 2 persen hingga 2,25 persen sehingga mempengaruhi harga emas.
The Fed mengatakan akan terus memantau bagaimana informasi yang masuk akan mempengaruhi perekonomian. The Fed menambahkan bahwa akan bertindak untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS yang telah berlangsung lama.
"Pasar sedang mencari pemotongan dovish dan tidak mendapatkannya Dan bahasa dalam pernyataan tidak secara kuat menunjukkan pemotongan yang akan datang meskipun pintu terbuka," kata dia.
Sebelumnya, ekspektasi untuk penurunan suku bunga oleh Fed dan Bank Sentral negara lainnya, telah menempatkan komoditas logam seperti emas pada tren kenaikan 0,6 persen di bulan Juli.
"Selain dari pertemuan FOMC, masih ada sejumlah peristiwa risiko yang sedang berlangsung untuk memberikan arahan harga ke bullion, yaitu meningkatnya kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan dan kurangnya kemajuan antara AS dan China dalam negosiasi perdagangan," kata dia.
Presiden AS Donald Trump sendiri telah memperingatkan China agar tidak menunggu masa kepresidenannya sebelum menyelesaikan kesepakatan perdagangan, dengan mengatakan hasilnya tidak akan ada kesepakatan atau yang lebih keras jika dirinya memenangkan pemilihan ulang pada bulan November 2020.
"Sejauh ini, karena imbal hasil (obligasi) telah jatuh dan struktur teknisnya telah naik, para pedagang dengan senang hati memilih emas," kata dia.