Harga emas menguat didorong indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan. Akan tetapi, bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menguat membayangi kenaikan harga logam mulia.
Sejumlah sentimen mendukung kenaikan harga logam mulia antara lain prospek ekonomi dan isu global utama termasuk ketidakpastian perdagangan, serta Britain Exit (Brexit).
Harga emas untuk pengiriman di bulan Februari di Comex naik 60 sen atau 0,05 persen ke posisi USD 1.284 per ounce usai diperdagangkan di kisaran USD 1.277,70-USD 1.286. Harga perak menguat 5,5 sen atau 0,4 persen menjadi USD 15,38 per ounce.
Dolar AS yang melemah menjadi positif untuk bagi pelaku pasar yang menggunakan mata uang lainnya. Indeks dolar AS pun turun 0,2 persen ke posisi USD 96,09.
Sementara itu, untuk bursa saham AS menguat seiring rilis kinerja keuangan perseroan yang positif. Hal tersebut menarik perhatian pelaku pasar dari emas.
"Namun pada dasarnya tidak ada gelombang mengejutkan yang menjadi berita utama dan elemen ini mendukung harga emas. Selain itu situasi kredit secara keseluruhan di dunia ini menjadi masalah yang memprihatinkan dan ini meningkatkan permintaan emas fisik di beberapa bank sentral," ujar Naeem Aslam, Chief Market Analyst Think Markets UK, seperti dikutip dari laman Marketwatch, pada hari Kamis (24.01.2019).
Ia mencatat, ada kenaikan 22 persen dalam pembelian emas oleh Rusia pada akhir tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.
"Jika permintaan fisik terus meningkat pada kecepatan ini, itu akan mendukung harga emas," ujar dia.
Harga emas sempat menguat pada perdagangan Selasa waktu setempat seiring ketegangan meningkat.
Ini seiring laporan AS membatalkan pertemuan dengan para pejabat China karena kedua negara berusaha untuk mencapai resolusi perang dagang yang merusakan prospek ekonomi global.