Harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan kemarin. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran tentang pengetatan pasokan akibat potensi sanksi baru yang dijatuhkan Uni Eropa yakni melarang impor minyak dari Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent naik US$1,53 atau 1,4 persen menjadi US$108,33 per barel. Kemudian, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) juga ikut naik US$1,60 atau 1,6 persen menjadi US$103,79 per barel. Ini tidak semudah perdagangan seperti beberapa minggu lalu. Anda harus mengambil risiko lebih banyak, dan itu mungkin dirancang dengan dana lindung nilai dan dana algo ini diperdagangkan lebih banyak.
Pasar masih merespons peringatan Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang mengatakan bahwa Uni Eropa perlu berhati-hati tentang larangan total impor energi Rusia karena kemungkinan akan menyebabkan harga minyak melonjak. Uni Eropa pun akhirnya masih mempertimbangkan larangan impor minyak tersebut setelah Rusia dihujani berbagai sanksi ekonomi oleh negara negara Barat.
Harga minyak juga naik imbas dari gangguan produksi minyak yang terjadi di Libya. Pasalnya, mereka dikabarkan kehilangan produksi minyak hingga 550 ribu barel per hari akibat blokade di ladang utama dan terminal ekspor. Pasar minyak mentah dunia juga dihadapkan dengan ancaman kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam beberapa bulan mendatang. Kenaikan suku bunga dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi permintaan minyak.
Sejak pekan lalu, AS melepaskan minyak mentah hingga 4 juta barel per hari guna mengimbangi kehilangan minyak mentah Rusia yang terkena sanksi dari sekutu-sekutunya di Eropa. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) disebut tengah berjuang untuk memenuhi target produksi minyak. Dengan hanya dua negara dalam aliansi OPEC+ yang memiliki kapasitas cadangan yang signifikan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, kelompok tersebut berpegang pada pendekatan yang hati-hati dalam melepaskan pengurangan produksi terkait pandemi. Sementara itu, prospek permintaan minyak di China terus membebani pasar, ketika importir minyak terbesar dunia itu perlahan-lahan melonggarkan pembatasan ketat covid-19 yang telah memukul aktivitas manufaktur dan rantai pasokan global.