Komoditi | Senin, 08 Juni 2020 - 11:11 WIB

Data Ekonomi AS Membaik, Harga Emas Mandek Rp876 Ribu

Data Ekonomi AS Membaik, Harga Emas Mandek Rp876 Ribu

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

08 Juni 2020

11:11 WIB

Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam berada di posisi Rp876 ribu per gram pada Senin (8/6) atau stagnan dibandingkan akhir pekan. Begitu pula dengan harga emas pembelian kembali (buyback) stagnan di Rp762 ribu per gram pada hari ini.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp468 ribu, 2 gram Rp1,69 juta, 3 gram Rp2,51 juta, 5 gram Rp4,16 juta, 10 gram Rp8,25 juta, 25 gram Rp20,51 juta, dan 50 gram Rp40,94 juta.

Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp81,81 juta, 250 gram Rp204,26 juta, 500 gram Rp408,32 juta, dan 1 kilogram Rp816 juta.


Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

Sementara, harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.689 per troy ons atau naik 0,36 persen. Sedangkan harga emas di perdagangan spot naik 0,08 persen ke US$1.686,42 per troy ons pada pagi ini.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan harga emas di pasar internasional akan berpotensi melemah pada hari ini karena beberapa sentimen. Sentimen tersebut positif bagi aset berisiko, namun negatif untuk aset safe haven seperti emas.

Sentimen pertama, sambung dia, datang dari rilis data tingkat pengangguran di sektor nonpertanian pada Mei 2020. Menurut data, jumlah peningkatan pengangguran di luar sektor pertanian mencapai 2,5 juta orang.

Sebelumnya, proyeksi pasar memperkirakan akan tembus hingga 7,7 juta orang. Hal ini membuat proyeksi tingkat pengangguran yang semula diperkirakan menembus 14,7 persen pun berkurang jadi 13,3 persen.

"Pasar masih berekspektasi positif terhadap upaya pembukaan ekonomi di negara-negara pandemi yang lain," imbuh dia.

Sentimen kedua, berasal dari belum ada kelanjutan dari ketegangan hubungan AS dan China. Hal ini membuat pelaku pasar masih cukup tenang untuk kembali mengambil kesempatan berinvestasi di aset berisiko.

Terpopuler