Komoditi | Selasa, 25 Agustus 2020 - 09:09 WIB

Badai Marco dan Laura Angkat Harga Minyak Dunia

Badai Marco dan Laura Angkat Harga Minyak Dunia

Author:

Maulidia Septiani

Komoditi

25 Agustus 2020

09:09 WIB

Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Senin (24/8) waktu Amerika Serikat atau Selasa (25/8) pagi WIB terdongkrak oleh Badai Tropis Marco dan Laura melanda Teluk Meksiko. 
Badai memaksa perusahaan menutup lebih dari setengah produksi minyak lepas pantai di kawasan itu sehingga membuat pasokannya berkurang.

Dikutip dari Antara, Selasa (25/8), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober ditutup di level US$45,13 per barel atau naik 1,76 persen. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 28 sen atau 0,66 persen ke level US$42,62 per barel.

Perusahaan energi di AS menutup lebih dari satu juta barel per hari (bph) pasokan minyak mentah lepas pantai di Teluk Meksiko dan mengevakuasi lebih dari 100 anjungan produksi karena ancaman badai Badai Tropis Marco dan Laura.

Langkah penutupan salah satunya dilakukan oleh Motiva Enterprises. Mereka memulai persiapan untuk menutup Port Arthur, Texas, kilang minyak mentah terbesar di negara itu.

Total SA juga memangkas produksi di kilang Port Arthur menjadi minimum 225.500 barel per hari dan sedang mempersiapkan kemungkinan penutupan.

Marco mencapai pantai pada Senin (24/8) dan Laura diperkirakan akan melaju kencang menjadi Topan dan melanda kawasan Teluk Meksiko pertengahan minggu ini.

Akibat kebijakan perusahaan dan badai itu, bensin berjangka AS melonjak sekitar tujuh persen. Kenaikan terjadi karena pabrik penyulingan berhenti operasi demi menghindari dampak badai.

"Seperti yang sering terjadi dalam kompleks energi, perkembangan yang bullish pada produk dapat menjadi bearish bagi minyak mentah berjangka karena permintaan minyak mentah dari penyuling dibatasi," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Badai juga dapat membatasi ekspor AS. Keuntungan Brent melampaui minyak mentah AS di tengah ekspektasi bahwa negara lain mungkin dapat meningkatkan ekspor sementara fasilitas di Teluk ditutup.

"Karena AS adalah eksportir utama, beberapa pasokan yang biasanya kami ekspor akan tertahan di pelabuhan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. "Itu akan mengimbangi apa yang hilang dalam produksi," katanya.

Terpopuler