Harga emas mampu kembali ke level USD 1.300 per ounce pada perdagangan pekan lalu. Untuk pekan ini, harga emas masih akan berada pada level yang sama.
Mengutip kitco, pada hari Senin (18.03.2019), analis Komoditas Saxo Bank Ole Hansen mengatakan, bahwa pelemahan sebesar 1 persen pada hari Kamis pekan lalu menunjukkan bahwa pelaku pasar sepertinya belum terlalu yakin bahwa harga emas bakal akan terus melambung. Meskipun hari Jumat harga emas kembali menguat tetapi kenaikannya masih terbatas.
Selain itu, gerak bursa saham yang membaik membuat emas sebagai alternatif instrumen investasi juga tidak terlalu dilirik. Pada pekan lalu indeks acuan S&P 500 naik 3 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Biasanya, harga emas akan terdongkrak jika investor melakukan aksi jua di bursa saham.
"Saat ini hampir tidak ada kebutuhan akan safe haven sehingga, meskipun diperkirakan masih akan menguat, tetapi sepertinya belum akan terdongkrak tinggi," jelas Ole Hansen.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang akan menjadi katalis atau pendorong harga emas pada pekan ini?
Sekali lagi, semua mata akan tertuju kepada keputusan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Pemangku kebijakan moneter tersebut akan mengadakan pertemuan pekan depan untuk menentukan arah kebijakan suku bunga.
Ekonom berharap Bank Sentral AS mengungkapkan rencana secara jelas. "Proyeksi pertumbuhan ekonomi tampaknya akan direvisi turun," kata ekonom di Capital Economics
Meskipun bank sentral diperkirakan akan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak kepada kebijakan suku bunga, Jasper Lawler, kepala penelitian di London Capital Group, mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan Federal Reserve mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan.
Alasannya, Bank Sentral Eropa dua minggu lalu ketika itu mengejutkan pasar dengan mengeluarkan kebijakan yang tak terduga.
Untuk diketahui, pada pekan lalu, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memberikan sinyal adanya stimulus baru dan pemangkasan pertumbuhan ekonomi untuk Uni Eropa, serta pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari 6,5 persen menjadi 6 persen untuk tahun 2019.