Wall Street merosot pada penutupan perdagangan di hari Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pelemahan tersebut terjadi karena kekhawatiran investor bahwa Amerika Serikat (AS) dan China tidak akan dapat mendapat kesepakatan perdagangan sehingga bisa meningkatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Mengutip Reuters, pada hari Jumat (08.02.2019), Dow Jones Industrial Average turun 220,77 poin atau 0,87 persen menjadi 25.169,53. Untuk S&P 500 kehilangan 25,56 poin atau 0,94 persen menjadi 2.706,05. Sedangkan untuk Nasdaq Composite turun 86,93 poin atau 1,18 persen menjadi 7.288,35.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu yang ditetapkan oleh kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yaitu pada tanggal 1 Maret.
"Pernyataan tersebut memunculkan kembali ketakutan akan pertumbuhan ekonomi global sehingga mendorong tekanan kepada bursa saham AS," tutur salah satu analis.
Tekanan kepada Wall Street sedikit mereda menjelang akhir perdagangan karena indeks S&P 500 telah menembus level teknis di 2.700 sehingga kembali mendorong pelaku pasar untuk melakukan pembelian.
"Jika indeks utama S&P 500 telah menembus level psikologis tersebut membuat pelaku pasar melakukan aksi beli," kata Michael Antonelli, managing director of institutional sales trading, Robert W. Baird, Milwaukee, AS.
Namun memang, sektor yang mengalami kenaikan di indeks S&P 500 hanya beberapa saja yaitu utilitas dan properti. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor masih melakukan aksi defensif.
Hasil kinerja kuartalan yang mengecewakan para pelaku pasar juga membuat Wall Street mengalami tekanan. Dari beberapa perusahaan yang memiliki kinerja mengecewakan tersebut salah satunya adalah Twitter Inc.
Saham Twitter anjlok 9,8 persen setelah perusahaan media sosial itu meramalkan bahwa pendapatan pada kuartal pertama akan lebih lemah dari yang diharapkan karena kenaikan biaya operasional.
Saham SunTrust Banks Inc melonjak 10,2 persen setelah bank setuju untuk membeli sekitar USD 28 miliar saham oleh sesama pemberi pinjaman regional BB&T Corp, yang sahamnya naik 4,0 persen.
Berdasarkan data IBES dari Refinitiv, lebih dari separuh perusahaan yang masuk indeks S&P 500 telah melaporkan hasil kinerja kuartal IV dengan sekitar 71 persen mengalahkan estimasi laba yang diperkirakan.
Namun ternyata, dari perkiraan pertumbuhan laba kuartal IV telah mengusut menjadi 0,1 persen dari 5,3 persen di awal tahun.