Salah satu perusahaan memproyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) sampai dengan akhir tahun di level 6.600-6.800. Optimistis ini sejalan dengan proyeksi perseroan atas pendapatan korporasi yang diperkirakan akan tumbuh sekitar 13 persen pada tahun ini.
"Di sisa tahun ini, kami perkirakan akan lebih banyak korporasi yang mencari pendanaan baik dengan menerbitkan saham maupun obligasi untuk menopang ekspansi usaha,” tutur Direktur di Jakarta, pada hari Kamis (23.05.2019).
"Kami sangat berharap otoritas jasa keuangan (OJK) bisa menjaga keadaan tetap kondusif dan aman bagi semua pemain di pasar modal melalui regulasi yang adil bagi semua pihak," tambah dia.
Sementara itu, Kepala Riset mengatakan, prospek pasar saham Indonesia masih cukup menjanjikan sepanjang tahun ini, meski selama kuartal-I dan dalam beberapa hari terakhir mengalami tekanan akibat aksi demo, namun koreksi diperkirakan hanya bersifat sementara.
Adapun perusahaan tersebut memperkirakan hingga akhir tahun akan ada potensi penerbitan obligasi lebih dari Rp 20 triliun, penerbitan medium term notes diperkirakan mencapai Rp 7 triliun, 4 korporasi berencana menjual saham perdana serta rencana untuk aksi merger dan akuisisi (M&A) masih akan berlanjut.
"Pendapatan korporasi bisa saja terkoreksi ke kisaran 10-11 persen, pada tahun ini, bila perang dagang yang juga mempengaruhi kinerja perusahaan di sektor komoditas dan tekstil,” kata dia.
Sebagai informasi, selama empat bulan pertama tahun ini, beberapa indikator perekonomian belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Selama kuartal pertama, perekonomian tumbuh hampir sama dengan periode yang sama tahun lalu, neraca perdagangan hingga akhir April kembali mencatat defisit.