Nilai tukar rupiah melemah tipis ke Rp14.039 per dolar AS atau sebesar 0,01 persen pada perdagangan pasar spot, Kamis (12/12) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp14.038 per dolar AS pada penutupan pasar Rabu (11/12). Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Won Korea terpantau menguat 0,30 persen, ringgit Malaysia 0,35 persen, dan dolar Singapura menguat sebesar 0,07 persen.
Selanjutnya yen Jepang juga menguat sebesar 0,06 persen, diikuti baht Thailand 0,05 persen, serta lira Turki yang menguat tipis 0,02 persen. Sementara itu, pelemahan hanya terjadi pada dolar Hong Kong sebesar 0,23 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris terpantau menguat 0,11 persen, dan euro sebesar 0,07 persen, serta Dolar Kanada yang menguat 0,07 persen. sementara Dolar Australia berada di posisi stagnan, dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Meski melemah tipis, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah akan kembali menguat akibat sentimen dari kebijakan suku bunga yang di ambil The Federal (The Fed) AS.
Dini hari tadi, pengumuman kebijakan moneter The Fed di umumkan oleh Gubernurnya, Jerome Powell. Menurut Ariston, Powell memberikan indikasi bahwa the Fed tidak akan terburu-buru menaikan suku bunga. Sehingga, suku bunga rendah saat ini sudah akomodatif untuk mempertahankan laju inflasi di kisaran 2 persen.
Sikap the Fed ini mendorong pelemahan dollar AS terhadap mata uang utama dunia, dan bisa membantu mendorong penguatan rupiah terhadap dollar AS pagi ini. Namun, Ariston memandang bahwa pasar tetap mewaspadai perkembangan negosiasi dagang AS dan China pada hari ini. Pasalnya, pasar was-was seiring mendekati tanggal penerapan tarif impor baru, yakni tanggal 15 Desember.
Penerapan tarif impor baru oleh kedua belah pihak dapat memberikan sentimen negatif untuk rupiah. Lebih lanjut, rupiah akan berpotensi bergerak di kisaran Rp14.000 hingga Rp14.050 per dolar AS hari ini.