Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.699 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (16/10) pagi. Mata uang Garuda melemah 0,06 persen dibandingkan perdagangan kemarin sore di level Rp14.690 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,14 persen, dolar Taiwan menguat 0,22 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, yuan China menguat 0,05 persen, dan bath Thailand menguat 0,06 persen.
Won Korea Selatan melemah 0,13 persen, peso Filipina melemah 0,09 persen dan rupee India melemah 0,11 persen. Sedangkan, ringgit Malaysia terpantau masih belum bergerak. Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju juga bergerak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,20 persen, dolar Kanada menguat 0,13 persen dan franc Swiss menguat 0,07 persen. Hanya dolar Australia yang melemah 0,22 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra, mengatakan pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi isu eksternal. Salah satunya kabar pemerintah AS di bawah Trump semalam masih membuka kemungkinan stimulus akan dirilis sebelum pemilu. Trump, menaikkan penawarannya untuk mendekati penawaran dari partai Demokrat. Meski demikian pembicaraan masih berlangsung dan jika disetujui, stimulus AS bisa membantu pemulihan ekonomi AS. Sikap pemerintah Trump tersebut bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko dan berpotensi mendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah.
Sementara dari dalam negeri, pergerakan rupiah akan dipengaruhi demo terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja yang terkendali serta surplus neraca perdagangan Oktober 2020. Hari ini rupiah berpotensi yang bergerak kisaran Rp14.650-14.750 per dolar AS.