Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.040 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat pagi. Posisi tersebut menguat 19 poin atau 0,14 persen dari Rp14.059 per dolar AS pada Kamis kemarin sore.
Rupiah memimpin penguatan di mata uang Asia. Rupiah menguat bersama yuan China menguat 0,08 persen, baht Thailand 0,07 persen, yen Jepang 0,07 persen, peso Filipina 0,04 persen, dan dolar Singapura 0,03 persen. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan ringgit Malaysia melemah 0,02 persen dan won Korea Selatan minus 0,08 persen.
Beberapa mata uang utama negara maju kompak berada di zona merah. Dolar Australia melemah 0,09 persen, dolar Kanada minus 0,07 persen, euro Eropa minus 0,04 persen, dan poundsterling Inggris 0,03 persen.Sisanya berada di zona hijau, seperti rubel Rusia yang menguat 0,03 persen dan franc Swiss 0,02 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.000 sampai Rp14.100 per dolar AS dengan kecenderungan menguat pada hari ini. Pergerakan nilai tukar akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen.
Pertama, rilis neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada pagi ini. Konsensus pasar meramalkan neraca dagang surplus US$2,3 miliar dari Januari-Desember 2020. Hasil yang surplus bisa membantu penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kedua, rencana pengumuman stimulus fiskal AS di bawah kepemimpinan presiden baru, Joe Biden senilai US$1,9 triliun. Pelaku pasar merespons baik rencana ini karena bisa mendorong pemulihan ekonomi AS. Hal ini memberikan sentimen positif ke aset berisiko dan rupiah berpeluang ikut menguat terhadap dolar AS. Terakhir, bank sentral AS, The Federal Reserve telah menyatakan bakal mempertahankan tingkat suku bunga acuan rendah pada tahun ini. Sebab, ekonomi negeri Paman Sam masih butuh stimulus moneter untuk pulih.